Pixel Codejatimnow.com

Inspiratif, Usaha Kripik Tempe ini Tembus Omset Rp 18 Juta Perbulan

 Reporter : Erwin Yohanes
Doan dan Luluk di tengah-tengah produknya.
Doan dan Luluk di tengah-tengah produknya.

jatimnow.com - Menjadi pengusaha keripik yang seharga hanya belasan ribu perbungkusnya ini, sudah membuat pasangan Joan Fahny (33) dan Luluk Nurdiana (29) meraup keuntungan hingga Rp 20-an juta perbulan.

Salah satu rumah industri yang ada di Jalan Bogowonto 26, Kelurahan Pengatigan, Banyuwangi ini, telah memiliki 8 produk.

Padahal,  November tahun 2015 lalu mereka baru memutuskan untuk beralih dari pembuat tempe menjadi pengusaha makanan ringan.

Saat dijumpai di rumahnya, pasangan muda ini memamerkan produknya seperti, keripik talas, keripik singkong, keripik pisang, sale pisang pres, sale pisang goreng, kecipir, akar pinang, dan satu produk unggulannya, keripik kedelai tempe.

Baca juga:
Mengenal Ritual Seblang Olehsari di Banyuwangi, Menari 7 Hari Berturut-turut

Luluk memamerkan kripik kedelai tempe setelah digoreng

Baca juga:
KKP Gelontor Dana Rp22 Miliar Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi

“Awal membuat dulu, per hari hanya mampu 20 bungkus dan jualnya Rp 5 ribu sebungkus. Sekarang saya jual mulai Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu, untuk keripik kedelai tempe dengan 300 bungkus per produksi, itu sehari,” ujar Joan, Selasa (17/4/2018).

 Istri Joan, Luluk sapaannya, membandingkan dari 20 bungkus per harinya keuntungan yang ia dapatkan berada diangka Rp 20 ribu hingga Rp 40 ribu di tahun 2015.

Kini, dengan omset produksi 200 bungkus per hari, dari usahanya ini dia mampu mengumpulkan uang senilai Rp 60 juta lebih.

Sedang keuntungan yang ia kantongi sebesar 40 persen dari total omset atau sekitar Rp 18 juta per bulan setelah dipangkas biaya produksi dan tranportasi.

“Semua produk tidak saya jual sendiri tapi saya titipkan ke rumah makan, tempat oleh-oleh, dan supermarket,” sebut Luluk.

Luluk berpendapat, dengan menjual dititipkan tersebut terbukti efektif. Terlebih saat week end atau hari libur lainnya, tempat oleh-oleh di beberapa tempat wisata, permintaan pasar justru lebih tinggi ketimbang di hari-hari biasa.

“Sekarang kan Banyuwangi menjadi kota kunjungan, jadi kalau pas hari libur permintaan justru banyak di supermarket dan tempat oleh-oleh atau warung,” cetusnya.

Apalagi, lanjut ayah satu anak tersebut, produknya telah terdaftar di Dinas Kesehatan Banyuwangi.

Ini terbukti dengan dikeluarkannya izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dinilai turut mendongkrak omset penjualan produknya.

 "Alhamdulillah, setelah izin keluar, mulai konsumen, super market dan pusat oleh-oleh mau kita titipi produk kita. Dari situ omset kami terus mengalami peningkatan," ucap Doan yang dikaruniai putri bernama Jasmin, dan selanjutnya dijadikan sebagai nama rumah industrinya.

 Selain di pasarkan di beberapa wilayah Kabupaten Banyuwangi, produknya juga telah dipasarkan ke daerah Jember dan Probolinggo dengan melibatkan tetangga, rekan kerja, serta beberapa kenalannya.

 Adapun, dalam sebuah usaha, lanjut Doan, ketekunan dan kejujuran merupakan syarat pertama dan yang utama.

"Dengan modal ketekunan, kejujuran nantinya kita akan menuai kepercayaan dari mitra kerja. Saya juga senang bisa berbagi, misalnya ada yang berminat memulai usaha atau bermitra kami menerima dengan senang hati," pungkasnya.

Reporter: Hafiluddin Ahmad
Editor: Erwin Yohanes