Pixel Codejatimnow.com

Pascabom Surabaya dan Sidoarjo

KPAI Minta Waspadai Pola Rekrutmen Bomber Dewasa ke Anak

Editor : Arif Ardianto  
Anak Bomber yang hidup dan masih dirawat di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Anak Bomber yang hidup dan masih dirawat di RS Bhayangkara Polda Jatim.

jatimnow.com - Bomber yang melakukan teror dan pengeboman di beberapa gereja di Kota Surabaya melibatkan anak-anak. Bahkan, ada beberapa anak yang menjadi korban dan ada 7 anak bomber yang masih hidup dan dirawat di RS Bhayangkara Polda Jatim.

Ketua Komisi Perlindungan Anak dan Ibu (KPAI) Susanto mengimbau kepada semua pihak, untuk mewaspadai pola rekrutmen pelaku teror setelah tragedi bom Surabaya dan Sidoarjo.

"Mengingat saat ini terjadi pergeseran pola rekrutmen pelaku teror dari orang dewasa ke anak, maka semua harus waspada," kata Susanto melalui rilis yang diterima jatimnow.com, Rabu (16/5/2018) malam.

Menurutnya, pola rekruitmen pelaku teror bisa jadi berubah-ubah terus.

"Bisa jadi polanya akan terus berubah, agar tak terdeteksi oleh aparat dan orang sekitarnya," katanya. 

Ketua KPAI ini juga mengingatkan akan pentingnya guru bagi anak terduga teroris.

"Pastikan bahwa anak mendapatkan guru yang tepat, berfikir luas dan memiliki pemahaman keagamaan yang tepat," tuturnya.

Ia menegaskan, tidak ada ajaran agama yang mengajarkan terorisme.

"Terorisme melanggar ajaran agama dan prinsip-prinsip nilai bernegara dan berkebangsaan," tegasnya.

Susanto menambahkan, pola-pola baru yang digunakan oleh jaringan pelaku teror dalam mentoring dan rekrutmen anggota adalah masuk pada wilayah-wilayah yang dipandang vital secara sosial. 

Baca juga:
Napi Teroris Bom Bunuh Diri Gereja di Makassar Dipindah ke Lapas Lamongan

Dalam banyak kasus, jaringan teror mengincar guru sebagai mentor, kemudian orangtua agar menjadi mentor bagi anaknya, sebagaimana kasus terbaru teror bom di Surabaya.

"Karena orangtua merupakan sendi vital dan kehidupan bermasyarakat," katanya.

Susanto mengingatkan kembali tentang perubahan pola rekruitmen calon teroris mulai dari kelurahan, desa, RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga).

"Waspadalah dan miliki pertahanan pemahaman keagamaan yang tepat, agar tidak menjadi incaran infiltrasi radikalisme," jelasnya.

 

Baca juga:
Bom Meledak di Kabul Afghanistan, 60 Warga dan 13 Tentara AS Tewas

Reporter: Jajeli Rois

Editor: Arif Ardianto