Pixel Codejatimnow.com

Santri Ponpes Hudatul Muna 2 Ponorogo Diajari Berkreasi & Berwirausaha

 Reporter : Erwin Yohanes Mita Kusuma
Dua santri menunjukkan sambal pecel yang sudah dikemas/Foto: Mita Kusuma
Dua santri menunjukkan sambal pecel yang sudah dikemas/Foto: Mita Kusuma

jatimnow.com - Kehidupan santri di pondok pesantren (Ponpes), tak melulu hanya diisi dengan ngaji dan beribadah. Inilah yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren Hudatul Muna 2 Ponorogo.

Mereka berkreasi membuat sambal pecel untuk dijual. Hasilnya, tentu untuk menopang perekonomian pondok. Santri yang tidak mampu pun tetap bisa mondok tanpa dibebani biaya.

Enam orang santri nampak sibuk dalam satu ruangan. Ada dua orang yang mengupas bawang putih, dua orang lain tengah memilah cabai besar dan cabai kecil, satu orang terlihat sibuk mengoven dan satu orang lagi terlihat sibuk membungkus.

"Sambal pecel disini beda dengan yang lain, kalau disini bukan disangrai tapi dioven," tutur salah satu santri, Yazid Bastomi, Sabtu (19/5/2018).

Yazid menjelaskan dengan dioven, tampilan sambal pecel olahannya lebih bagus dan menarik. "Sekaligus lebih tahan lama, bisa sampai 6 bulan," terangnya.

Dalam satu hari, lanjut Yazid, setidaknya menghabiskan 25 kg kacang tanah. Kacang tanah seberat 25 kg itu menghasilkan 37 kg sambal pecel.

Untuk proses pembuatan sambal pecel ini dibutuhkan waktu hingga satu hari, mulai dari penyiapan bahan-bahan. Kacang tanah dioven selama dua jam.

Sembari menunggu kacang tanah matang, bawang putih pun juga turut dioven selama 30 menit.

Baca juga:
Rekomendasi Oleh-oleh Khas Kediri: Ada Tahu Kuning Pribumi yang Gak Kalah Enak

Salah satu santri mengoven sambal pecel yang telah diproses

"Terus ada santri yang bertugas memisahkan cabai dari tangkainya, kemudian dicampur dengan bumbu lain seperti gula merah, bawang putih, kacang, garam, daun jeruk. Lanjut dihaluskan dengan mesin selep dan terakhir dikemas," ujarnya.

Sementara itu, pengurus PP Hudatul Muna 2, Fauzi Muhtarom menambahkan untuk kemasan sambal pecel ada 175 gram dan 350 gram dipasarkan dengan nama 'keriz'.

"Kalau yang berat 175 gram harga Rp 8 ribu dan yang 350 gram harga Rp 15 ribu. Cukup terjangkau. Namun menghasilkan laba yang cukup besar," katanya.

Dalam satu bulan, lanjut ia, usaha yang dirintis sejak tahun 2003 ini mampu meraup omzet Rp 52 juta. Ia mengaku, sehari bisa menjual 37 kg sambal pecel dengan sistem titip jual ke toko dan swalayan di Ponorogo.

Baca juga:
Harga Cabai Mahal, Produsen Sambal Pecel di Kediri Berhenti Produksi

Pelanggan pun tidak hanya di Ponorogo saja, seperti dari kota Magetan, Madiun dan Pacitan. "Selain santri yang bertugas membuat sambal pecel, adapula santri yang bertugas menjual," katanya.

Selain menopang ekonomi pondok, ia mengaku, ingin membekali ratusan santrinya tidak hanya ilmu agama saja tapi juga ilmu berwirausaha. "Agar nantinya ketika terjun ke masyarakat juga punya keahlian lebih," pungkasnya.

Reporter: Mita Kusuma

Editor: Erwin Yohanes