Pixel Codejatimnow.com

Wawancara: Siti Ainun Kholifah, Sang Mantan Misionaris

Editor : Budi Sugiharto  
Kini Siti Ainun Kholifah memeluk Islam/klikmu.co
Kini Siti Ainun Kholifah memeluk Islam/klikmu.co

jatimnnow.com - Doktrin tentang Agama Islam yang dikatakan agama para budak, justru semakin menguatkan rasa penasaran akan pemahaman keagamaan Islam yang sebenarnya bagi Siti Ainun Kholifah, perempuan muallaf kelahiran Surabaya 1979 yang sebelumnya bernama Kristin ini.

Meski, setelah mengucapkan syahadat dan sudah menjadi seorang muslimah beberapa pekan pada waktu itu, ia sendiri belum bisa mengatakan bahwa pribadinya sudah menjadi muslimah.

Baru setelah menunaikan shalat dan saat sujud terakhir, ia melihat cahaya putih dan merasakan ada kedamaian luar biasa yang tak terwakili oleh perkataan apapun. "Itulah nikmat iman," katanya.

Bagaimana kisah perjalanan mendapatkan hidayah dan apa yang perlu diperbaiki umat Islam saat ini menurut muallaf ini? Berikut wawancara yang dilansir klikmu.co dengan Siti Ainun Kholifah sang mantan misionaris pada akhir April lalu di Pondok Pesantren Darut Taqwa II Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur.

Faktor apa yang melatarbelakangi sehingga anda memutuskan hijrah soal pandangan hidup dan agama?

Awalnya tidak tertarik sama sekali dengan Islam karena banyak kejadian terlihat di media adanya tindakan anarkis dari forum Islam dengan dalil menenggakkan kebenaran. Juga seringnya pemicu pertikaian hingga terjadinya korban, misalnya, aksi teroris yang kebanyakan pelakunya dan ajarannya mereka adalah atas nama Islam.

Selain itu, selama belajar di Sekolah Teologi, menarik saya untuk menggali lebih dalam karena dulu agama Islam yang saya tahu adalah agama para budak (karena dilahirkan dari budak Sarah yang bernama Hajar yang kemudian lahirlah Ismail berikut keturunannya. Pendek kata, bahwa Alquran hanyalah kitab hasil kopi atau rangkaian ulang dari Alkitab. Terlebih, Nabinya atau pembawa risalah itu buta huruf sehingga diragukan keabsahan penulisnya. Hal ini membuat saya semakin ingin mengetahui tentang kebenarannya.

Adakah faktor lain yang bisa diceritakan?

Saya kira karena Hidayah. Alhamdulillah, ketenangan saya peroleh setelah saya memutuskan untuk hijrah. Pertama kali, saya mengucapkan syahadat di sebuah rumah keluarga muslim yang sangat sederhana dan disaksikan beberapa warga setempat di Bogor. Setelah mengucapkan syahadat, saya belum bisa mengatakan bahwa diri saya sudah muslim, hingga beberapa pekan.

Setelah Anda memutuskan muslimah, pasti dong ada gejolak dalam hati. Bagaimana itu?

Seperti tadi, saya belum bisa mengatakan diri saya seorang muslimah. Baru ketika dalam perjalanan menuju Jakarta dari Bogor saya mampir ke rumah teman untuk shalat Dhuhur dan pada sujud terakhir saya melihat cahaya putih dan merasakan ada kedamaian yang luar biasa tak terwakili oleh perkataan apapun. Dan setelah menyelesaikan shalat, saya menyadari bahwa itulah nikmat yang Allah berikan kepada saya. Sehingga di dalam Islam ada kedamaian dan keindahan. Hal inilah yang makin membuat saya yakin mengakui bahwa saya seorang muslimah (muallaf).

Bisa diceritakan singkat profil diri Anda?

Saya lahir dari keluarga Kristen dari pasangan Eko Riyanto dan Sugiarti Endah W. di Desa Kristen Sidorejo, Pare, Kabupaten Kediri. Saya anak ke-6 dari 8 bersaudara, dengan nama Kristin sebelum menyandang nama baru, Siti Ainun Kholifah.

Anda melihat Islam seperti apa?

Saat ini, saya berdiri dengan Agama Islam mengatakan bahwa ajaran Islam itu jauh lebih sempurna daripada agama lainnya. Dan hal ini jelas tertulis dalam QS Ali Imran: 19. Dan jika semua orang dapat mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, insya-Allah tidak ada konotasi negatif, kecuali konotasi negatif itu diciptakan pihak lain untuk menghacurkan dan memfitnah umat Islam.

Yang perlu diperbaiki dalam diri umat Islam, menurut Anda seperti apa?

Kurangnya ukhuwah Islamiyah dalam Islam, terlebih kepedulian untuk muslim dalam bidang ekonomi, dan tingkat pendidikanyang masih rendah. Hal ini miris karena justru menjadi perhatian khusus bagi misionaris untuk membawa mereka pada misi Kristenisasi dengan embel-embel memberikan bantuan dalam bentuk apapun secara gratis. Perlu struktural yang kuat dalam membangun benteng keimanan, baik untuk diri dan organisasi. Saya menilai, penguatan iman Islam perlu dilakukan pendekatan dalam seluruh aspek kehidupan. Dakwah bukan sebatas tugas ulama, tetapi juga semua orang Islam hal ini akan lebih mudah dan saling menguatkan.

Sekarang Anda benar-benar menemukan ketenangan batiniyah?

Mulanya hanya sebatas menjadi beragama Islam sesuai KTP, tetapi ketika saya memutuskan untuk menjalani hidup sebagai seorang muslimah (muallaf) dan melandasi setiap hal yang saya lakukan untuk ibadah dan mencari keridhaan Allah SWT, Alhamdulillah saya lebih tenang. Mungkin hal ini perlu diterapkan untuk semua orang, jika hidup kita hanya ibadah (pemahaman ibadah secara menyeluruh) kepada Allah SWT.

Editor: Budi Sugiharto

Baca juga:
Video: Bhinneka Tunggal Ika di Beji Antaboga