Pixel Codejatimnow.com

Sukses Agro Expo, Kini Banyuwangi Angkat Konsep Edukasi Pertanian

 Reporter : Erwin Yohanes
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Disperta Banyuwangi, Mohamad Khoiri
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Disperta Banyuwangi, Mohamad Khoiri

jatimnow.com – Festival Agro Expo Banyuwangi tahun 2018 mengangkat konsep edukasi, mulai dari penanaman hingga pemasarannya. Berbeda dari tahun sebelumnya yang juga sukses mendatangkan lebih dari 30 ribu pengunjung.

Tahun ini, jumlah varian tanaman yang ada di Bumi Blambangan disuguhkan sesuai dengan pengelompokan jenis tanamannya. Demikian halnya dengan pola penataannya yang apik, sehingga mampu membuat pengunjung betah untuk berlama-lama.

Mulai dari tanaman sayuran, buah-buahan, palawija, tanaman musiman, serta bunga Marygold jenis Refugia atau bunga penangkap hama, sehingga dapat melindungi tanaman utama di setiap lahan pertanian.

Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan mengatakan, untuk Festival Agro Expo 2018 akan digelar selama 7 hari, mulai tanggal 14-21 Juli. Di tahun ini, setiap tanaman lebih bervariasi karena hampir seluruh komoditi pertanian, perkebunan, dan peternakan diperkenalkan kepada seluruh masyarakat dalam satu lokasi.

Selain itu, sejak dari mempersiapkan lahan, jenis tanaman, serta penataannya melibatkan seluruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tingkat desa hingga dinas saling berkolaborasi dalam kegiatan ini. Bahkan, rencananya dari pihak Kementerian Pertanian juga akan berpartisipasi dalam Festival Agro Expo tahun ini. Termasuk lahannya, juga telah disiapkan.

“Dalam Festival Agro Expo 2018 kita saling bekerjasama, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten semuanya kami libatkan. Kalau tahun sebelumnya, itu dari kita sendiri,” papar Arief kepada jatimnow.com, Jumat (13/7/2018).

Sedangkan untuk persiapan dalam gelaran festival tahun ini sekitar 6 bulan. Jadi semua jenis tanaman yang ada seluruhnya ditanam sejak dari bibit hingga dapat dipanen di tempat ini.

“Kita siapkan pula stand display komoditas dan untuk konsultasi bagi masyarakat yang ingin memulai bercocok tanam yang baik dan benar. Paradigmanya tidak harus memiliki lahan yang luas, di lahan sempit pun kita bisa bercocok tanam. Seperti di gang-gang rumah, pekarangan, kita bisa asalkan mau untuk memulainya,” papar Kadisperta

Belajar dan Memulai Bercocok Tanam dari Festival Agro Expo 2018

Semenjak Banyuwangi dikenal sebagai daerah penyuplai bahan makanan khususnya beras dan surplus dalam beberapa tahun terakhir. Dinas Pertanian (Disperta) mencoba untuk menggugah dari 1,6 juta penduduk di Kota Gandrung terlibat dan bersama-sama menjaga dan mempertahankan predikat itu.

Kepala Bidang Holtikultura dan Perkebunan, Mohamad Khori mengatakan, dalam Agro Expo tahun 2018, pola promosi yang diaplikasikan menyadur estetika. Yakni, dalam satu lahan yang ditanami padi misalnya, dikombinasikan dengan varietas padi yang berbeda.

 Dia mencontohkan, misalkan dalam satu hektar lahan padi, 80 persennya ditanami padi biasa dan 20 persennya di-combined dengan padi beras hitam atau merah yang ditanam diagonal disela-sela padi biasa, sehingga nilai estetikanya muncul.

Baca juga:
Mengenal Ritual Seblang Olehsari di Banyuwangi, Menari 7 Hari Berturut-turut

 “Jadi dalam satu lahan bisa kita manfaatkan dengan 2 hingga 4 jenis tanaman yang masa panennya bersamaan. Dengan begitu hasil petani nantinya juga bertambah,” papar Khoiri.

 Dia menjelaskan, mulai dari tingkat sekretariat (dinas) sampai petugas lapang seperti Mantri Tani kecamatan, koordinator Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) desa. Semua mendapatkan tugas dan peran di masing-masing zona sesuai potensi wilayah di 25 kecamatan se Kabupaten Banyuwangi.

 Nantinya, Agro Expo 2018 akan ada 6 zona mulai Kampung Bunga, Kampung Horti, Kampung Pangan, Kampung Kebun, Kampung Ternak, hingga Kampung PKK. Pengunjung nantinya, dapat sharing dan konsultasi mulai dari mendapatkan bibit, perawatan, hingga masa panen, masing-masing petugas akan menjelaskannya.

“Di masing-masing zona atau Kampung Pangan misalnya, ada tempat display produk dan petugas yang memamerkan hasil panen. Untuk tempat konsultasi atau belajar terkait pertanian kami sediakan terpisah, tinggal pilih belajar di kampung mana,” bebernya.

 Memanagemen Lahan Sempit untuk Kebutuhan Sehari-hari

 Tidak ada alasan untuk tidak memulai bercocok tanam, lanjut Khoiri, memiliki lahan yang terbatas jika berkeinginan untuk mencukupi kebutuhan seperti sayuran, buah-buahan, atau tanaman hias juga tersedia.

Baca juga:
KKP Gelontor Dana Rp22 Miliar Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi

 “Dengan menggunakan pola tanam yang baik dan benar lahan sempit atau pekarangan terbatas bisa kita tanami tomat, cabai, terong, sayuran, tanaman obat, bermacam-macam,” imbuhnya.

 Atas terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan masyarakat umum, memulai mengembangkan pola bertani dan bercocok tanam dengan pola organik, selain lebih sehat juga kandungan gizi, vitamin, atau kadar di dalamnya lebih sehat.

 Secara garis besar, diharapkan masyarakat Banyuwangi, bukan hanya petani saya, dapat melestarikan daerahnya supaya lebih maju dan memiliki wawasan bertani yang baik dan benar.

 “Sekali lagi, di lahan yang sempit itu bisa digunakan dengan pola yang baik (hidroponik atau polibag),” tutup Khoiri.

Reporter: Hafiluddin Ahmad

Editor: Erwin Yohanes