Pixel Codejatimnow.com

Rektor Muda ini Ajak Karyawan Belajar Semangat Inovasi di Banyuwangi

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Hafiluddin Ahmad
Bupati Abdullah Azwar Anas di depan dosen dan karyawan Institut Teknologi dan Bisnis ASIA, Malang
Bupati Abdullah Azwar Anas di depan dosen dan karyawan Institut Teknologi dan Bisnis ASIA, Malang

jatimnow.com - Tertarik berbagai inovasi yang dibuat Banyuwangi, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis ASIA, Malang, Risa Santoso (27), membawa para dosen dan karyawannya menimba ilmu di Banyuwangi.

Risa datang bersama 130 rombongan dan ditemui Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, Jumat (21/2).

Risa mengaku termotivasi datang ke Banyuwangi setelah bertemu dengan Bupati Anas sebelumnya. Pertama saat peluncuran buku #MO (Mobilisasi dan Orkestrasi) oleh Prof Rhenald Kasali dimana di buku itu Banyuwangi diulas sebagai salah satu daerah yang berhasil melakukan strategi "orkestrasi".

"Yang kedua satu panel diskusi di Surabaya. Dari situ, saya merasa harus membawa dosen dan staf kampus ke Banyuwangi untuk belajar melakukan inovasi. Karena itu hari ini saya bawa dosen dan seluruh staf, supaya tahu seperti apa Banyuwangi dan bisa belajar bikin inovasi yang hebat," kata Risa yang disebut rektor termuda Indonesia.

Di hadapan rektor kelahiran tahun 1992 tersebut, Bupati Anas menerangkan bahwa inovasi yang dikembangkan Banyuwangi sebenarnya berangkat dari keterbatasan yang ada.

"Sumber daya kami ini terbatas. Dengan luasannya yang menyamai 7 kabupaten, APBD kami dulu sekitar Rp 2 triliun. Belum lagi masalah kemiskinan yang harus kami selesaikan. Tidak ada orang yang melirik Banyuwangi untuk dijadikan destinasi. Akhirnya, mau tidak mau kami harus membuat suatu terobosan, yang akhirnya disebut inovasi," kata Anas.

Baca juga:
12 Mahasiswa Unusa Boyong Medali Kejuaraan Pencak Silat Majapahit Heroes Fighting Competition 2023

Salah satu caranya, dengan menjadikan pariwisata di Banyuwangi sebagai payung pembangunan. Pariwisata dipilih adalah ekoturisme, karena Banyuwangi sendiri telah diberkahi kekayaan alam yang lengkap, meliputi hutan, gunung dan pantai.

"Tidak mulus memang, namun kami harus yakin dan berupaya menemukan masalah dari problem yang kami miliki. Masalah kami petakan, hingga ketemu solusinya. Dari proses semacam ini, maka lahirlah beragam inovasi," kata Anas.

Selain itu, imbuh Anas, pemkab telah menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat percepatan pembangunan.

"Teknologi ini untuk menjembatani disparitas antara desa dan kota. Kami juga membuat program smart kampung, program layanan publik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Di mana terdapat tujuh kriteria yang wajib dipenuhi desa untuk menjadi desa yang maju," beber Anas.

Baca juga:
Rektor UIN Tulungagung yang Baru Sudah Dilantik, Inilah Sosoknya

Dalam kegiatan itu juga diisi dengan dialog serta sharing terkait program-program yang inovatif.

"Ini cocok dengan apa yang kami cari. Kami jadi terinspirasi dengan apa yang dilakukan Pak Anas dan tim. Mendengar apa yang disampaikan Pak Anas, kami pun langsung tersemangati untuk berinovasi di kampus," ungkap Risa.

"Banyak hal yang bisa diserap dari Banyuwangi. Tidak hanya programnya yang inovatif, bangunan publik seperti pendoponya pun yang dibuat sangat asri dan unik, bahkan juga dimanfaatkan sebagai ruang rapat out door. Banyak hal yang bisa diserap dari Banyuwangi," sebut Risa.