jatimnow.com - Melihat peluang pumpkins butternut squash atau yang lebih dikenal dengan labu madu, Putut Sudarsono asal Desa Glinggang, Kecamatan Sampung, Ponorogo kini menekuni menjadi petani.
Pria berusia 29 tahun itu menceritakan dirinya mulai menjadi petani labu madu karena diminta oleh Pemerintah Desa (Pemdes) untuk memberdayakan pemuda di Desa Glinggang.
"Biasanya petani di sini mengurus sawah. Dan saya mencoba bertani pumpkins butternut," katanya, Minggu (16/8/2020).
Baca juga: Ini Cara Anggota DPRD Agus Wicaksono Dorong Produktivitas Petani Lumajang
Ia menyebut alasan dirinya untuk menanam labu madu karena di Ponorogo belum ada yang menanamnya dan juga pumpkins butternut squash masa panen lebih singkat.
"Lebih mudah karena 80 hari sudah bisa panen, kalau melon atau semangka kan lebih. Sedang perawatannya juga lebih mudah dibandingkan melon dan semangka serta harga jualnya lebih stabil," terang dia.
Baca juga: Hari Krida Pertanian 2024, Pemkab Jember Luncurkan J-Sultan
Kendala yang harus dihadapi para petani ketika awal tanam adalah serangan hama saat batangnya masih lunak. Untuk tanaman berusia 20 hari, kadang terkena keriting daun atau terpapar virus dan jamur.
Buah yang dapat bertahan hingga 6 bulan itu oleh Putut kemudian dijual hingga ke Jawa Barat dan Jakarta. Manisnya buah dan harga jual yang bagus membuatnya memilih menekuni kebunnya.
Baca juga: Melihat Budi Daya Melon Berbasis IoT di Kediri: Petani Ringan, Rasa Buah Lebih Manis
"Untuk rasanya manis seperti Ubi Cilembu. Setelah panen dapat diolah lagi biasanya untuk bahan donat. Buah ini bisa bertahan hingga enam bulan setelah panen," pungkas Putut.