Ramadan Berbagi

Kisah Mbah Satimah dan Becak Tua Peninggalan Suami Tercinta

Senin, 10 Mei 2021 13:49 WIB
Reporter :
Ni'am Kurniawan
Mbah Satimah mendorong becak tua peninggalan suami tercinta untuk berdagang keliling kampung (Foto-foto: Fajar Mujianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Di usianya yang sudah 78 tahun, Satimah justru memilih hidup sendiri di tempat kos Wonocolo Gang 8, Surabaya. Hanya becak peninggalan almarhum suami yang kini setia menemaninya.

Mbah Satimah telah menjadi janda selama satu tahun lebih. Itu setelah suaminya meninggal dunia, karena kecelakaan kerja.

"Suami mpun kapundut, jatuh pas proyekan. (Suami sudah meninggal, jatuh saat kerja di proyek)," ujar Mbah Satimah saat ditemui jatimnow.com, Minggu (9/5/2021).

Baca juga: Berbagi Keceriaan di Momen Ramadan Melalui Kampanye Kesehatan

Sehari-hari, Mbah Satimah berjualan pepes, gorengan hingga botok keliling kampung. Hal itu ia lakoni sudah hampir puluhan tahun, hingga nyaris lupa. Kini dia harus mengayuh dan mendorong becak berisi barang dagangan itu sendirian.

Mbah Satimah mendorong becak tua peninggalan suami tercinta untuk berdagang keliling kampung

Jika dagangannya ludes terjual, pendapatan bersih Mbah Satimah bisa mencapai Rp 20 hingga 50 ribu sekali dagang.

"Semuanya dua ribuan, botok tahu tempe, godhong kates, sambukan, kalau bersih ya kadang-kadang dapat dua puluh ribu sampek lima puluh ribu," tutur dia.

Wajah Mbah Satimah tampak sumringah setelah mendapat santunan dari Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Pertiwi Ayu Krishna melalui program ramadan berbagi jatimnow.com.

Baca juga: Spirit of Ramadan: Berbagi Kasih, Buka Puasa Bersama 2000 Anak Yatim Piatu di Indonesia

Reporter jatimnow.com memberikan santuan dari Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Pertiwi Ayu Krishna kepada Mbah Satimah

\

Di momen ramadan seperti sekarang, Mbah Satimah mulai menjajakan dagangannya sore hari, sekitar pukul 15.00 hingga 18.00 Wib. Meski harus keliling berdagang, dia mengaku masih tetap berpuasa.

"Mulai jam tiga atau jam empat. Pulang kadang jam enam sampek jam delapan. Muter teng (ke) Margorejo Indah, perumahan, teng cino-cino niku (di rumah-rumah warga Tionghoa itu)," tambah dia.

Dalam perkawinannya, Mbah Satimah dikarunia empat orang anak yang kesemuanya telah berkeluarga. Anak-anaknya tinggal cukup dekat dengannya, masih dalam satu kawasan. Dua orang dikawasan Bendul Merisi dan satu orang di Jemursari.

Baca juga: Potret Pembagian 1000 Paket Sembako di Masjid Cheng Hoo Surabaya

Mbah Satimah mengayuh becak tua peninggalan suami tercinta untuk berdagang keliling kampung

Meski demikian, Mbah Satimah mengaku tidak ingin membebani putra-putrinya. Dia lebih memilih indekos dan bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Mboten enak kalihan mantu. (Tidak enak sama menantu)," jelasnya.

Ikuti perkembangan berita terkini Jawa Timur dan sekitarya di Aplikasi jatimnow.com!
Berita Surabaya

Berita Terbaru
Tretan JatimNow

Terpopuler