Gresik - Puluhan siswa SMA Nahdlatul Ulama (NU) 1 Gresik yang tergabung dalam Komunitas Agen Perubahan Anti Perundungan menggelar sosialisasi stop bullying (perundungan) di sekitar Alun-alun Gresik, Jumat (10/12/2021).
Kegiatan ini digelar sebagai salah satu bentuk peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam aksinya, mereka berpencar secara berkelompok untuk melakukan sosialisasi.
Selain secara lisan, para siswa juga membagikan kalender 2022 yang berisi tentang imbauan 'Stop Bullying' atau tidak melakukan perundungan serta masker.
Baca juga: Satlantas Polres Ponorogo Datangi SMKN 1, Ternyata Ini Alasannya
Salah satu siswa, Salsabillah Amelia Hikmah mengatakan, perundungan adalah tindakan yang harus dihentikan karena itu dapat merugikan seseorang. Perundungan bisa membuat seseorang mengalami mental illness atau gangguan mental yang pada akhirnya dapat mempengaruhi insecure (rasa percaya diri) seseorang.
"Sebagai contoh ada orang yang bilang saya gendut, mungkin itu kelihatan sepele. Tapi jika mental saya tidak bagus tentu hal itu bisa membuat saya mengalami mental illness. Saya jadi kehilangan rasa percaya diri karena saya jadi merasa jelek dan sebagainya," ungkap Salsabillah.
Karena itu melalui Komunitas Agen Perubahan Anti Perundungan ini, dia beserta anggota lain berharap agar para orangtua maupun teman-temannya sadar risiko dan dampak dari perundungan.
"Stop bullying atau perundungan meski itu hal yang sepele. Sebab mental seseorang tidak sama. Ada orang yang mentalnya kuat tapi ada juga orang yang mentalnya lemah," ucapnya.
Baca juga: 20 Orang jadi Korban Perlintasan Kereta, KAI Daop 9 Jember Edukasi Pengendara
Pendamping siswa, Wildan Nugraha menambahkan bahw dampak dari perundungan ini selain bisa membuat orang tidak percaya diri, juga bisa membuat orang menutup diri. Bahkan yang ekstrem bisa membuat orang menyakiti dirinya sendiri.
Wildan menambahkan, pada temuan sekarang yang paling banyak adalah bullying cyber, di mana banyak kejadian perundungan yang dilakukan melalui media sosial.
Jadi pelaku bullyng melakukan aksinya melalui akun-akun anonim kemudian menyerang seseorang siswa dengan cara mengolok-olok, menghujat dengan kata-kata kasar, bahkan men-justice tanpa dasar.
"Dari temuan para guru kebanyakan sekarang pelaku bullying tidak melakukan secara verbal. Namun mereka menggunakan akun anonim media sosial. Dan kebanyakan korbannya adalah siswa perempuan atau siswi," beber Wildan.
Baca juga: 1500 Civitas Akademika Ikuti Sosialisasi Bahaya Narkoba di Sidoarjo
Untuk mengantisipasi hal itu, Wildan dan anggota Komunitas Agen Perubahan Anti Perundungan terus melakukan sosialisasi mengenai risiko dan dampak dari bullying. Kemudian dari sekolahan juga ada program bimbingan konseling.
"Saya berharap komunitas ini bisa menjadi tempat yang bisa menjembatani antara korban bullying dengan pihak sekolah, dalam hal ini adalah guru konseling. Sebab tidak semua siswa yang menjadi korban bullying berani melaporkan kejadian yang diterimanya kepada guru," pungkas Wildan.