Pasuruan - Penurunan angka prevalensi stunting dapat meningkatkan generasi produktif di masa depan. Oleh karenanya, pencegahan stunting adalah kunci kemajuan bangsa.
Demikian disampaikan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Wiryanta dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Kepoin Genbest: Stunting Hilang, Ciptakan Generasi Cemerlang, di Pasuruan, Selasa (19/7/2022).
Dijelaskan Wiryanta, pada tahun 2030, Indonesia akan menghadapi era bonus demografi dimana penduduk Indonesia sebagian besar akan didominasi oleh generasi Z dan generasi milenial. Artinya, pada era tersebut, jumlah angkatan kerja usia produktif di Indonesia akan berjumlah di atas 50%.
“Golongan usia sangat produktif ini bisa meningkatkan produktivitas nasional. Kunci dari kemajuan bangsa sebetulnya letaknya ada di produktifitas,” ujarnya.
Baca juga: Gencar Turunkan Stunting, Pemkab Jember Minta TPPS Buka Info Fakta Lapangan
Untuk itu, ditambahkan Wiyanta, cita-cita bersama mewujudkan Indonesia emas di tahun 2045, akan sangat mungkin tercapai apabila angka stunting rendah yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang produktif dan kompeten.
Sementara itu, Dokter Clarin Hayes, mengatakan stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan anak tetapi juga perkembangannya.
“Stunting bisa berpengaruh ke kognitif, kemampuan otak untuk berpikir. Fokusnya juga akan terganggu, pertumbuhan gigi juga terhambat, wajahnya juga akan lebih muda dari anak seusianya,” kata Clarin.
Ia menambahkan, stunting bisa dicegah sejak awal. Menjaga 1000 hari pertama kehidupan menjadi upaya utama dalam menanggulangi dan mencegah stunting.
Baca juga: Pemkab Jember Evaluasi Kinerja TPPS dalam Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting
“1000 hari ini dihitung sejak terjadinya konsepsi, sejak terjadinya pembuahan. Untuk itu remaja perempuan yang nanti akan hamil sangat penting untuk menjaga asupan nutrisi dan menjaga tumbuh kembang janin sejak dalam kandungan,” jelasnya.
Di sisi lain, Sub Koordinator Bina Ketahanan Remaja, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur, Yuyun Evriana, menuturkan bahwa prevalensi stunting di Jawa Timur masih tinggi yaitu 23,5%. Masih di atas standar Badan Kesehatan Dunia WHO yang menetapkan angka stunting normal di bawah 20%.
Oleh karena itu, Yuyun mengimbau untuk mencegah stunting terutama bagi calon pengantin yang akan melahirkan generasi berikutnya di masa depan.
Baca juga: Lomba Bayi Sehat dan Cerdas Cermat Ibu Hamil Digelar di Jember
“Stunting banyak sekali akibatnya, ekonomi juga terpengaruh kalau banyak yang terkena stunting. Strategi pencegahan stunting ini dari hulu. Jauh-jauh hari di masa pra konsepsi sudah kita siapkan. Yang paling penting sebelum menikah adalah cek kesehatan reproduksi dan gizi,” tegas Yuyun.
Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.