jatimnow.com - Tahun 2024 membawa tantangan ekonomi yang berat, baik di tingkat global maupun nasional. Di Indonesia, utang negara yang melonjak hampir mencapai 8.000 triliun rupiah, inflasi yang tak kunjung mereda, serta fenomena pekerjaan yang semakin sulit didapatkan, menjadikan tahun ini sebagai titik kritis bagi generasi muda, terutama generasi milenial dan Z.
Di sisi lain, perubahan ekonomi yang pesat, seperti era belanja digital, turut memperburuk ketidakpastian ekonomi. Semua ini memunculkan kebutuhan untuk meningkatkan kesiapan ekonomi melalui pendidikan yang lebih adaptif dan berbasis kewirausahaan. Dalam konteks ini, pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (FEB Unisla) memainkan peran penting dalam menyiapkan mahasiswa menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
Jeratan Utang dan Inflasi: Ancaman Ekonomi untuk Generasi Muda
Salah satu isu yang sedang dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan utang nasional yang terus membengkak. Utang yang terus melonjak hampir mencapai 8.000 triliun rupiah menunjukkan betapa besar beban ekonomi yang harus ditanggung oleh negara.
Baca juga: FEB Unisla Gelar Yudisium 468 Lulusan, Hasilkan Puluhan Jurnal hingga Prosiding
Tidak hanya itu, inflasi yang meningkat juga menambah tekanan pada perekonomian masyarakat. Kenaikan harga kebutuhan pokok, yang semakin melilit masyarakat, menjadi salah satu faktor yang mendorong inflasi.
Di tengah kenaikan harga bahan pokok, pemerintah juga menaikkan pajak dan memotong gaji untuk program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), yang semakin memberatkan daya beli masyarakat.
Namun, yang lebih memprihatinkan adalah tingginya tingkat utang pada individu, terutama di kalangan generasi muda. Generasi milenial dan Z, yang seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, justru banyak terjebak dalam jeratan utang.
Banyak dari mereka yang terjebak membeli barang-barang konsumtif seperti mobil dan rumah dengan cara mencicil, yang menambah beban finansial mereka. Sementara itu, generasi Z cenderung lebih mudah tergoda dengan pinjaman online (pinjol) dan paylater yang memberikan kemudahan berbelanja secara kredit.
Sayangnya, sebagian besar dari mereka akhirnya terjebak dalam lingkaran utang yang sulit untuk dibayar kembali. Hasilnya, banyak yang justru menggunakan pinjaman baru untuk menutupi pinjaman lama, memperburuk keadaan keuangan pribadi mereka.
Kondisi ini tentu saja menciptakan ketidakpastian ekonomi, baik bagi individu maupun negara. Jika tidak segera ditangani, beban utang ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional dan memperburuk kesejahteraan masyarakat. Generasi muda harus diberi pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan keuangan dan investasi yang bijaksana, agar tidak terjebak dalam utang yang tidak produktif.
Kompetisi yang Makin Ketat: Tuntutan Keterampilan dan Kompetensi
Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh generasi muda adalah semakin ketatnya kompetisi dalam dunia kerja. Di tahun 2024, diperkirakan sekitar 10 juta generasi Z di Indonesia masih menganggur, belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Ditambah lagi, ada lebih dari 40.000 lulusan S1 yang ikut bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat, sedangkan jumlah lowongan pekerjaan terbatas, persaingan menjadi sangat sengit. Hal ini semakin diperburuk dengan adanya krisis yang melanda beberapa sektor industri, termasuk perusahaan besar dan pabrik yang terpaksa bangkrut, serta penutupan 12 bank yang turut menambah tingkat pengangguran.
Pekerjaan yang ada pun tidak menjamin kesejahteraan. PHK semakin marak, dan para pekerja sering kali tidak mendapatkan hak-hak mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lalu, bagaimana dengan masa depan para lulusan baru yang terjebak dalam keadaan seperti ini? Persaingan yang ketat ini mengharuskan para lulusan untuk memiliki keterampilan yang lebih unggul, tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja yang terus berubah.
Era Belanja Digital dan Dampaknya pada Ekonomi UMKM
Selain itu, dunia perdagangan juga sedang mengalami perubahan yang sangat cepat. Belanja digital semakin mendominasi sektor ritel, yang menyebabkan banyak toko-toko konvensional gulung tikar. Perubahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara besar seperti China. Peralihan dari belanja fisik ke belanja online menuntut adaptasi cepat bagi pelaku usaha. UMKM, yang merupakan salah satu penopang utama ekonomi Indonesia, juga harus berjuang keras untuk bertahan di era digital ini.
Namun, permasalahan ekonomi UMKM ini bukan hanya masalah mereka sendiri, melainkan juga masalah sektor ekonomi yang lebih luas. Ketika UMKM menghadapi kesulitan, sektor-sektor lain yang bergantung pada mereka juga ikut terdampak.
Baca juga: Dualisme Pimpinan Unisla Lamongan Meruncing, Mahasiswa Ancam Aksi Mogok Ngampus
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pelaku usaha kecil dan menengah untuk memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk mereka. Sebaliknya, pemerintah harus memberikan dukungan yang lebih besar untuk memfasilitasi UMKM agar lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan digital yang semakin pesat.
Penurunan Ekonomi Makro Global: Dampaknya pada Indonesia
Secara global, perekonomian juga sedang menghadapi tantangan besar. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Masyarakat dunia semakin kesulitan untuk mendapatkan pendapatan, dan banyak perusahaan besar yang mengalami kerugian. Bisnis baru semakin jarang dibuka, dan yang sudah berjalan pun banyak yang terpaksa tutup. Indonesia pun tidak luput dari dampak krisis ini. Banyak masyarakat yang berutang untuk bertahan hidup, dan banyak bisnis yang mengalami kerugian akibat penurunan daya beli masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa kita harus lebih bijak dalam mengelola perekonomian pribadi maupun negara. Tanpa perencanaan yang matang, kita bisa terjebak dalam krisis yang lebih parah. Di sinilah pentingnya pendidikan ekonomi yang memberikan pengetahuan mengenai manajemen keuangan, investasi, serta strategi bisnis yang adaptif.
Pentingnya Pendidikan Berbasis Enterpreneur untuk Menghadapi Tantangan Ekonomi
Di tengah semua tantangan ekonomi ini, pendidikan menjadi kunci untuk mengubah masa depan. Salah satu lembaga pendidikan yang berfokus pada pembekalan keterampilan kewirausahaan adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan.
Di FEB Unisla, mahasiswa tidak hanya diajarkan teori-teori ekonomi dan bisnis, tetapi juga diberikan peluang untuk mengembangkan pola pikir kewirausahaan yang kreatif dan inovatif.
FEB Unisla memiliki dosen-dosen yang kompeten, termasuk para doktor yang berpengalaman dalam bidang ekonomi dan bisnis. Program-program yang ditawarkan juga berbasis enterpreneur, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berwirausaha sejak dini.
Baca juga: Universitas Islam Lamongan Didemo Mahasiswa Buntut Dualisme Kepemimpinan
Pendidikan berbasis enterpreneur ini sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana peluang usaha semakin terbuka lebar, tetapi di sisi lain, lapangan pekerjaan semakin terbatas. Dengan mengembangkan keterampilan kewirausahaan, mahasiswa dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Selain itu, FEB Unisla juga berkomitmen untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan dalam setiap program pendidikannya. Ini memberikan mahasiswa tidak hanya kemampuan untuk berbisnis, tetapi juga untuk menjalankan usaha yang beretika dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dengan demikian, FEB Unisla bukan hanya mencetak lulusan yang siap berkompetisi di dunia kerja, tetapi juga mencetak wirausahawan yang memiliki semangat untuk memperbaiki ekonomi negara.
Tahun 2024 membawa tantangan besar dalam bidang ekonomi, baik di Indonesia maupun di dunia. Jeratan utang, inflasi yang semakin tinggi, dan kompetisi yang semakin ketat di dunia kerja mengharuskan generasi muda untuk lebih cerdas dalam mengelola keuangan dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan.
Pendidikan berbasis kewirausahaan di FEB Unisla memberikan solusi yang tepat untuk mencetak lulusan yang tidak hanya siap bekerja, tetapi juga siap menciptakan peluang usaha sendiri. Di tengah ketidakpastian ekonomi, kewirausahaan adalah salah satu jalan terbaik untuk mengatasi masalah pengangguran dan memperbaiki perekonomian negara. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang tepat, generasi muda Indonesia akan mampu menghadapi tantangan ini dan membawa negara menuju kemajuan.
Penulis: DR Abid Muhtarom,SE.,SPd.,MSE (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISLA)