Spanduk Provokatif Soal Larangan Tahun Baru Dicopot Warga di Malang
Peristiwa Jumat, 28 Des 2018 17:44 WIBjatimnow.com - Sebuah spanduk yang terpasang di Jalan Bareng Tengah V, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang, mendadak viral di media sosial.
Spanduk yang bertuliskan 'Kita Muslim 1 Muharram Bukan 1 Januari, Meniup Terompet Budaya Orang Yahudi, Merayakan Malam Tahun Baru Ajaran Orang Nasrani, dan Menyalakan Api Budaya Majusi' viral lantaran dianggap provokatif dan berbau SARA.
Dari pantauan jatimnow.com, spanduk tersebut sempat terpasang sehari, sebelum akhirnya diturunkan oleh warga dan pihak perangkat kelurahan terkait.
Meski demikian spanduk tersebut sudah terlanjur viral di media sosial. Bahkan sebuah akun instgram @mBarengBerhijrah @Realmasjidalamien yang diduga menjadi pemasang spanduk tersebut juga memasang tulisan tersebut di instagramnya.
Melalui akun @mBarengBerhijrah, dengan jelas mengajak masyarakat Kota Malang untuk tidak merayakan tahun baru dan mengingatkan tahun baru umat islam adalah 1 Muharram bukan 1 Januari.
Wali Kota Malang Sutiaji membenarkan adanya kejadian tersebut, pihaknya sendiri sudah memerintahkan jajaran Satpol PP dan kelurahan untuk melepasnya bila ditemukan spanduk serupa di daerah lainnya.
"Sudah diturunkan. Sudah saya instrusikan Satpol PP untuk turunkan kalau ada di daerah lain," ujar Sutiaji ditemui jatimnow.com, Jumat (28/12/2018) sore di Balai Kota Malang.
Ia juga menyebut bahwa spanduk provokatif dengan menyasar unsur SARA ini dipasang satu dua orang saja yang tak bertanggung jawab dan mengarah ke paham radikalisme.
"Saya kira itu satu dua saja (orang). Jadi Insya Allah tidak akan terjadi. Itu pemahaman orang per orang saja. Tetap kita waspada tentang radikalisme. Itu mengarah ke sana (radikalisme)," bebernya.
Namun Sutiaji berpesan kepada warga Kota Malang untuk tetap menjaga situasi kondusif dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab.
"Jangan sampai benih-benih itu muncul terus. Itu kepercayaan masing-masing. Kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Kita keliling terus per kelurahan, per kecamatan, tokoh - tokoh masyarakat per kecamatan kita undang supaya tidak ada radikalisme itu," terangnya.