Ruang Isolasi Khusus Pasien Corona di Surabaya Diminta Segera Terwujud
Peristiwa Selasa, 12 Mei 2020 14:34 WIBjatimnow.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Prof DR dr Rochmad Romdoni mengusulkan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk segera memujudkan ruang isolasi bagi pasien yang terkena Virus Corona atau Covid-19.
Prof Romdoni mengusulkan ruang isolasi bagi pasien Covid-19 yang kondisi klinisnya ringan atau sedang. Karena rumah sakit milik pemerintah seperti di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), RSU dr Soetomo hingga rumah sakit swasta sudah overload.
"Rumah sakit itu terbatas, apalagi rumah sakit swasta," ujar Prof Romdoni, Senin (11/5/2020).
Jumlah pasien yang terkonfirmasi terus mengalami kenaikan di Jawa Timur dan khususnya Surabaya. Bahkan ada peningkatan sekitar 26 persen dari orang tanpa gejala (OTG) menjadi positif Corona.
Prof Romdoni yang juga Direktur Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya ini menerangkan, ruang isolasi di rumah sakit swasta yang dipimpinnya itu sangat terbatas. Ada 8 ruangan dengan kapasitas ruang isolasi bertekanan negatif dan 22 ruang isolasi tidak ada tekanan negatif.
"Swasta itu untuk isolasi yang berat-berat ruangannya sangat terbatas, karena membuat ruang isolasi bertekanan negatif itu mahal," ungkapnya.
Profesor kelahiran Surabaya ini menambahkan, salah satu rumah sakit yang berada di bawah naungan Pemkot Surabaya harus dipaksakan menjadi rumah sakit khusus untuk menangani pasien Covid-19 dengan gejala klinis ringan dan sedang.
"Yang ringan, yang sedang, OTG, orang yang tidak ada keluhan, itu harus ditampung di mana," tanyanya.
Direktur RSI Jemursari Surabaya, Prof DR dr Rochmad Romdoni
"Usul saya ada suatu rumah sakit yang diposisikan semua pelayanan ditutup, hanya dikhususkan bagi pasien Covid-19 yang ringan dan sedang. Kalau ada pasien yang berat, itu ditangani di Rumah Sakit dr Soetomo atau RSUA," terang Prof Romdoni.
Di sisi lain, Prof Romdoni mengapresiasi kebijakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang membuat rumah sakit darurat di bekas rumah sakit kulit dan kelamin Jalan Indrapura Surabaya.
"Itu pemkotnya juga harus ada begitu. Saya sudah WA ke Bu Feny (Kepala Dinas kesehatan Kota Surabaya yang juga Tim Gugus Tugas Covid-19 Surabaya), nggak ada jawaban. Ada jawabannya, katanya ada kendala, gitu tok (saja). Kendalanya apa saya nggak bisa sampaikan, karena saya ini bukan orang dalam (bukan Gugus Tugas Covid-19 Kota Surabaya), saya orang luar saja," paparnya.
Dia menceritakan, ketika ada pasien di RSI Jemursari yang hasil rapid tesnya reaktif tetapi kondisi klinisnya ringan atau sedang, mereka diminta untuk isolasi mandiri.
"Karena tempatnya nggak cukup dan hanya untuk pasien yang kondisi klinisnya berat. Untuk yang berat-berat saja nggak cukup apalagi yang ringan. Sehingga yang ringan itu pulang untuk isolasi mandiri," tambah Prof Romdoni.
Menurutnya, ketika pasien reaktif itu pulang, juga harus difikirkan bagaimana kondisi isolasi mandirinya.
"Kalau orangnya mampu bisa ke hotel. Tapi kalau orangnya nggak mampu, rumahnya kecil, orang yang tinggal di rumahnya banyak, isok ngelompok dadi sitok (bisa bergerombol menjadi satu rumah)," katanya.
"Makanya itu, usulannya harus ada suatu rumah sakit atau gedung atau ada ruangan khusus untuk orang-orang yang ringan atau sedang untuk tempat isolasi mandiri," sambungnya.
Prof Romdoni sempat dibuat marah setelah mendapat jawaban dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya drg Febria Rachmanita atau dokter Feny. Dia menilai respon Feny lambat dan tidak jelas jawabannya saat ditanya melalui pesan whtasapp (WA) tentang kesiapan Pemkot Surabaya membuat ruang isolasi bagi pasien Covid-19.
"Ini sangat perlu untuk isolasi mandiri yang ringan dan sedang. Ini loh ke mana. Saya sampai marah. Waduh, percuma saya marah," tuturnya.
Prof Romdoni yang pernah menjadi lulusan terbaik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini menyebut, dirinya tidak ada maksud lain dalam usulan ruang khusus isolasi bagi pasien Covid-19. Apa yang disampaikannya murni melihat dari sisi pelayanan dan pengobatan terhadap masyarakat, khususnya di tengah pandemi Covid-19.
"Saya melihat dari sudut pelayanan dan pengobatan. Jadi rumah sakit swasta dipaksakan, nggak mungkin lah. RSUA penuh juga. dr Soetomo, juga penuh. Sudah ditambahi (bed) ya penuh terus. Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu," harapnya.