Kisah Dosen Unesa jadi Relawan di Polandia Bantu Pengungsi Ukraina
Peristiwa Senin, 07 Mar 2022 12:31 WIBjatimnow.com - Dosen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Khofidotur Rofiah yang tengah menempuh program doktor pada Department Pedagogical University of Cracow, Polandia, di sela waktu kuliahnya, ikut mengabdikan diri sebagai relawan.
Perempuan yang akrab disapa Fia itu membantu dalam penanganan warga Ukraina yang mengungsi ke Polandia akibat konflik dengan Rusia.
Fia menuturkan, semenjak gelombang pengungsi berdatangan ke Polandia, secara cepat melalui media sosial warga di sana mengumpulkan semua kebutuhan pokok. Mulai dari makanan, pakaian, baju, selimut, perlengkapan mandi, mainan anak-anak, obat-obatan dan lain sebagainya secara cepat disalurkan kepada pengungsi.
“Alhamdulilah saya dapat kesempatan untuk membantu mengumpulkan, menyeleksi, mengemas dan menyalurkan berbagai kebutuhan pokok kepada para pengungsi,” ujar Fia, melalui keterangan tertulisnya, Senin (7/3/2022).
Meskipun cukup menguras tenaga, waktu dan butuh mobilitas tinggi serta was-was yang selalu menghantui. Namun, bagi Fia itu tidak menjadi hambatan yang berarti, karena urusan kemanusiaan adalah yang terpenting.
Jadi relawan juga bukan yang pertama baginya, selama di Indonesia, sejak jadi mahasiswa hingga menjadi dosen, dia aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemanusiaan pada Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Unesa.
Dia menambahkan, perang dua negara tersebut sangat mengkhawatirkan dan mengancam keselamatan penduduk. Tidak hanya di negara yang berperang, tetapi juga negara di sekitarnya.
“Warga di sini (Polandia) saja khawatir dan takut, apalagi warga Ukraina dan Rusia, tentu secara psikologis sangat terguncang," ungkapnya.
Warga Ukraina yang mengungsi, lanjutnya, terbagi dalam beberapa kategori. Ada yang memiliki tujuan untuk menyelamatkan diri ke keluarga, kerabat atau temannya di Polandia dan banyak juga yang tidak memiliki keluarga atau teman.
"Jadi di pusat atau posko penerimaan, pemerintah siapkan pusat informasi, nanti mereka yang ada keluarganya diarahkan ke daerah tujuan, bahkan disiapkan akomodasi,” terangnya.
Sementara, bagi pengungsi yang tidak memiliki keluarga disiapkan akomodasi dan kebutuhan pokok di pusat pengungsian dan pemerintah menjamin hak-haknya.
"Namanya perang menyangkut keselamatan tentu takut dan tertekan. Kasihan sama yang rentan-rentan, orang tua, ibu-ibu dan anak-anak. Saya gak kebayang ada di posisi mereka. Semoga segera mungkin konflik usai dan dua negara segera berdamai," harapnya.