Pixel Code jatimnow.com

Bantah Teken Surat Rujukan Puskesmas Krian, SA: Itu Ditangani Tukang Becak

Peristiwa Jumat, 01 Apr 2022 15:34 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo drg. Syaf Satriawarman (Foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo drg. Syaf Satriawarman (Foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)

Sidoarjo - Polemik kasus penanganan pasien di Puskesmas Krian memasuki babak baru. Kali ini SA (anak ibu yang meninggal) membantah bahwa ia telah menandatangani surat rujukan yang disampaikan oleh Puskesmas Krian.

"Saya hanya menunggu ibu saya, masalah itu (tanda tangan) ditangani sama tukang becak yang mengantar ibu saya di Puskesmas," tegas SA.

Tidak hanya itu, SA juga mengatakan perlakukan petugas Puskesmas pada ibunya saat itu dirasa tidak sopan. Pelepasan masker oksigen tersebut dilakukan sebelum ibu SA mengalami muntah darah.

"Pertengahan waktu ibu saya setengah sadar, kalau di sana ada CCTV lebih baik lagi dibuat bukti, karena melepas oksigen sangat sangat tidak sopan," ungkapnya saat di konfirmasi melalui seluler.

Menurut SA, dirinya selama ini merasa disudutkan dan dianggap mengungkapkan hal yang tidak sesuai saat bersama almarhumah ibunya di Puskesmas Krian.

"Kalau saja ada nomor oknum yang bisa saya hubungi biar saya hubungi, sepertinya terlihat saya hanya mengungkapkan hal yang tidak benar di hadapan media. Padahal saya hanya mengungkapkan sebagaimana sebisa saya mengungkapkan perilaku oknum tersebut dengan fakta bukan omong kosong, saya tidak butuh belas kasihan saya tidak butuh bantuan, hanya saja janganlah seperti itu pada kami," ujarnya.

Baca Juga: Viral Ibu Meninggal Usai Alat Pernafasan Dicabut, Ini Penjelasan Puskesmas Krian

Selain itu, saat ditemui usai kegiatan peresmian RSUD Sidoarjo Barat, Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo drg. Syaf Satriawarman memaparkan bahwa berdasar laporan dari kepala Puskesmas Krian, ibu SA yang berobat ke Puskesmas Krian tersebut bukan dari warga Sidoarjo. Ibu SA daftar sebagai pasien umum saat itu.

"Nah, kemudian dia datang itu dengan diagnosa sakit lambung bukan pernafasan. Ketika dia terjadi pergolakan di lambungnya, kemudian oksigennya dibuka lalu muntah darah kemudian meninggal,” papar Syaf.

Kadinkes Sidoarjo itu memastikan bahwa tidak ada hubungan antara masker oksigen yang dilepas dengan muntah darahnya ibu SA.

"Anaknya itu melihat seolah-olah gara-gara dibuka oksigen terus meninggal, padahal nggak ada hubungannya. Karena oksigen itu untuk pernafasan sementara ibunya itu menderita luka lambung, jadi lambungnya yang bermasalah,” imbuhnya.

Selanjutnya, terkait pembayaran Rp35.000, Syaf dengan tegas menjawab bahwa hal tersebut bukan untuk pembayaran selang pernapasan atau oksigen namun pembayaran tersebut sebagai retribusi karena ibu SA bukan dari warga Sidoarjo.

Ia mengatakan jika hal itu sudah sesuai dengan Perda yang ada.

"Sudah betul, tidak ada yang salah soal membuka masker oksigen, karena orang tersebut sudah tersedak artinya lambungnya sudah naik dan betul setelah dibuka muntah darah, nah 'kan ndak ada hubungannya antara oksigen dengan muntah darah karena sakitnya lambung," terangnya.

Menurutnya hal protes yang dilakukan oleh SA tersebut adalah hal yang wajar. Ia melihat postingan tersebut sebagai bentuk protes remaja biasa dan hal ini sudah dijawab oleh Puskesmas Krian serta dipastikan sudah aman.