Mahavihara Majapahit, Pembuktian Toleransi Tinggi di Mojokerto
Time Out Minggu, 31 Jul 2022 09:17 WIBMojokerto - Saya bersama 22 wartawan lainnya tiba di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto tepatnya di Mahavihara Majapahit.
Bau dupa langsung saya hirup ketika keluar dari bus yang membawa saya sejak dari peringgitan Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Tempat yang kami datangi ini merupakan tempat ibadah untuk umat beragama Buddha.
Suasana Kerajaan Majapahit juga cukup kental terasa saat melihat gapura atau pintu masuk yang dibangun dengan batu bata.
Pelayan Mahavihara Majapahit, Romo Sriyono mengatakan, pemrakarsa tempat ibadah ini adalah Bhikkhu Viriyanadi Maha Tera.
"Tempat ini mulai dibangun pada tahun 1987 dan diresmikan pada tanggal 31 Desember tahun 1989 yang meresmikan pada waktu itu adalah beliau Gubernur Jawa Timur Soelarso," kata Sariyono, Minggu (31/7/2022).
Menurut Sariyono, Bhikkhu Viriyanadi Maha Tera membangun mahavihara di Desa Bejijong ini karena sisi historis kerajaan terbesar yakni Majapahit.
"Pertama sebagai tempat ibadah untuk umat beragama Buddha. Tempat ini atau vihara ini dibangun di Desa Bejijong yang mana tidak ada satupun rumah atau orang beragama Budha jadi tempat ibadah ini walaupun tempat ibadah agama Buddha tetapi masyarakat di sekitar sini luar biasa toleransinya," tuturnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, sambung Sariyono, selain sebagai tempat ibadah untuk umat Buddha, vihara menjadi jujugan tempat wisata di Kabupaten Mojokerto.
"Memang kalau kita bicara tempat ini secara isinya adalah tempat ibadah tetapi tempat ini open, tempat ini welcome bagi siapa saja yang mau datang ke Mahavihara Majapahit. Saat ini menjadi salah satu bangunan yang menjadi ikon di Mojokerto adalah rumpang Buddha Mahapari," ujar Sariyono.
Saat saya dan beberapa jurnalis sedang bertanya-tanya tentang historis dan apa saja yang ada di Mahavihara Majapahit, sejumlah wisatawan luar negeri datang dan langsung mengabadikan momen dengan berswafoto di depan rumpang Buddha Mahapari.
Nampak beberapa wisatawan bule ini bertanya histori awal mula dan tujuan pembangunan hingga kenapa disebut Buddha Tidur kepada pelayan Mahavihara Majapahit dan Kepala Desa Bejijong Pradana Tera Mardiatna.
Pradana yang bisa berbahasa Inggris kemudian mengartikan penjelasan histori Buddha Tidur yang pertama dijelaskan oleh Sariyono kemudian disampaikan ke wisatawan bule tersebut.
Kades Bejijong Pradana Tera Mardiatna menjelaskan, Mahavihara Majapahit ini salah satu tempat ibadah agama Buddha yang juga dikenal tempat berwisata.
"Banyak wisatawan luar negeri datang ke sini seperti dari negara Thailand, India, Australia sudah kesini. Desa Bejijong juga ada wisata Candi Brahu, homestay rumah Majapahit, kami ada juga pengrajin batik, ada juga cor kuningan lalu ada telur asin asap," pungkasnya.