Melihat Geliat Kampung Samiler di Desa Kayangan Jombang
Time Out Sabtu, 10 Sep 2022 11:01 WIBJombang - Sebuah desa di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, telah ditetapkan sebagai kawasan sentra pembuatan keripik samiler. Meski terbilang masuk kategori camilan jadul, keripik samiler tetap banyak digemari masyarakat. Tak hayal jika produksi keripik samiler di Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, masih tetap eksis.
Memasuki area Kampung Samiler, terdapat tugu desa yang bertuliskan "Selamat Datang di Kampung Industri Samiler". Di depan rumah warga juga tampak jemuran keripik samiler berbahan baku singkong. Selain itu, terdapat banner di setiap halaman depan rumah warga bertuliskan "Sedia Keripik Samiler".
Warga Desa Kayangan telah memproduksi keripik samiler sejak 1980-an. Aktivitas itupun tetap bertahan saat masa pandemi Covid-19 meski ada penurunan produksi.
Ketua Asosiasi Produsen Samiler Kayangan (Aspera) Mardiansyah Triraharjo menjelaskan, usaha keripik samiler di Kayangan masih terus bertahan, bahkan masih banjir pesanan.
"Alhamdulillah masih bertahan dan lancar. Bulan ini kan musimnya haji dan hajatan, jadi terus mengalami banyak pesanan," ungkapnya, Sabtu (10/9/2022).
Keripik samiler yang dikeringkan dengan memanfaatkan sinar matahari.(Foto: Elok Aprianto)
Dikatakan Mardiansyah, produksi keripik berbahan singkong di Kampung Samiler berawal dari satu orang. Hingga kemudian meningkat menjadi satu kampung. Dari pembuat keripik samiler yang tersebar di 4 dusun, ada 32 produsen yang tergabung dalam ASPERA.
"Sementara ini ada sekitar 40 industri rumah tangga yang memproduksi. Iya, sekarang makin bertambah jumlah produsennya. Ada yang tergabung, ada yang berdiri sendiri. Makin bertambah ini setelah bangkit dari masa pandemi. Soalnya sejak pandemi itu produksi samiler mengalami penurunan 50 persen," paparnya.
Saat kasus Covid-19 melandai, peningkatan jumlah pemesanan mulai dirasakan. Bahkan ketika musim haji dan hajatan sejak Juli hingga Agustus, jumlah pengiriman samiler bertambah. Bahkan pengiriman sampai ke luar daerah dna luar pulau.
"Saat ini, Alhamdulillah terus lancar dan bertambah jumlah pemesanannya. Paling jauh antarpulau pengiriman kami, seperti di daerah Kalimantan gitu. Ya semoga ke depannya, jajanan tradisional ini tetap bertahan dan terus lancar," tukasnya.
Sementara itu, Sri Rahayu (59), salah satu produsen keripik samiler di Desa Kayangan, Diwek, Jombang, mengaku telah puluhan tahun memproduksi.
"Usaha ini sudah berjalan sejak 10 tahunan lalu. Ya turun-temurun dari orang tua. Jadi saya melanjutkannya, Alhamdulillah sampai saat ini masih normal-normal saja. Dulu dikerjakan dua orang, sekarang sudah ada karyawan sekitar 6 orang," kata Sri.
Sri memanfaatkan rumahnya bagian belakang untuk memproduksi keripik samiler. Di area dapur, setiap karyawan yang berkerja untuknya mempunyai tugas berbeda-beda.
"Ada yang menghaluskan singkong, nyelep singkong, menyetak keripik samiler, hingga membingkis keripik mentah samiler di atas plastik yang sudah diolesi minyak goreng," bebernya.
Dijelaskan Sri, cara membuat keripik samiler sangat mudah. Bahannya terdiri atas beberapa macam. Mulai dari singkong, daun seledri, garam, bawang merang dan bawang putih, serta gula. Selanjutnya bahan-bahan itu diolah.
"Setelah singkong dibuang kulitnya, lalu dihaluskan dengan mesin selep. Setelah halus langsung dicampur dengan barang-barang tadi, disertai penyedap rasanya. Kemudian dikukus sampai matang, nggak lama kok. Ya sambil dicek, kalau warnanya sudah kecokelat-cokelatan itu berarti matang," paparnya.
Usai dicetak, selanjutnya keripik samiler setengah jadi dijemur hingga kering di bawah sinar matahari. Setelah itu bisa langsung dikemas atau digoreng. Kemudian dibungkus dalam kemasan dengan rapi.
"Kami buat itu original mas, cuma keripik samiler gitu saja. Kadang ada yang rasa pedas. Ya menyesuaikan pemesanannya. Kalau soal rasanya, ya gurih samiler ini. Ada yang pedas dikit gitu," ujarnya.
Dalam sekali produksi keripik samiler, Sri bisa menghabiskan 40-50 kilogram singkong. Bahan tersebut menghasilkan sekitar 25 kilogram keripik samiler.
"Setelah itu dikirim ke pelanggan. Kalau soal omzet normal saja. Kalau diperkirakan cuan yang saya dapat setiap harinya sekitar Rp100 hingga Rp200 ribu. Ya dijalani saja gitu, mas. Rezeki sudah ada yang mengatur," katanya.
Ia berharap pemerintah terus membantu dan mendukung para produsen keripik samiler di Desa Kayangan. Dengan demikian, usaha jajanan tradisional ini tetap eksis di tengah maraknya usaha jajanan modern.
"Semoga tetap lancar, pemerintah bisa membantu dari terus memperkenalkan adanya produksi samiler. Ya semoga tetap banyak pelanggan dan terus berjalan usahanya ini, mas," pungkasnya.