5 Kuliner Legendaris Kediri selain Pecel Tumpang: Ada yang Lebih Tua dari HUT RI
Kuliner Minggu, 13 Agu 2023 12:00 WIBjatimnow.com - Kuliner Kediri bukan hanya pecel tumpang. Ada banyak rekomendasi kuliner legendaris di Kediri. Ada nasi goreng, rawon hingga soto yang beberapa di antaranya ada sejak sebelum kemerdekaan.
Berikut 5 rekomendasi kuliner legendaris di Kediri.
1. Soto Podjok
Pertama ada Soto Podjok. Soto Podjok ini cukup terkenal, berada salah satu sudut di jalan Dhoho, Kota Kediri.
Dengan kuahnya yang segar, Soto Podjok menggunakan isian daging ayam. Soto ini ada sejak 1926. Dijamin lezat dan bikin ketagihan.
2. Soto Ayam Bok ljo
Berikutnya ada Soto Ayam Bok ljo atau yang biasa disebut Soto Tamanan. Soto di kawasa Terminal Tamanan Kota Kediri ini sudah ada sejak tahun 1969. Berawal dari pikulan keliling kampung.
Dikenal dengan sebutan Soto Bok Ijo karena lokasi berjualannya di sekitar Bok ljo atau Jembatan Hijau. Kini lokasinya sudah berubah menjadi pertigaan di samping terminal.
Soto Bok ljo ini merupakan soto dengan isian ayam dengan kuah kental yang menggugah selera. Selain menjual soto ayam, sentra Soto Ayam Bok ljo juga menyediakan bakaran ayam. Dijamin lebih mantap.
3. Nasi Goreng Mbah Man
Nasi Goreng Mbah Man di seputar Stasiun Kediri juga tak kalah legendaris. Yang menjadi ciri khasnya adalah arang untuk memasak. Arang membuat masakan lebih sedap. Nasi gorengnya juga berwarna putih karena tidak memakai saus.
Nasi Goreng Mbah Man ada sejak 1964. Nasi goreng mawut campuran nasi dan mie serta krengsengan juga tak kalah lezat.
4. Rawon Mayor Bismo
Ke empat ada Rawon Mayor Bismo yang cukup legendaris. Warung di Semampir, Kota Kediri ini berdiri sejak tahun 1975, dirintis Sugino dan istrinya Jaenab. Saat ini sudah dijalankan generasi kedua.
Ada rawon rebus, rawon suwir, dan rawon campur dengan isian yang lebih lengkap.
Rawon Mayor Bismo ini tak pernah sepi. Saking terkenalnya, para pejabat kerap singgah mencicipi Rawon Mayor Bismo yang legendaris ini. Termasuk artis Happy Asmara.
5. Soto 35 Mbah Jani
Terakhir ada Soto 35 Mbah Jani di Desa Mlati, Kecamatan Mojo. Kuliner ini bahkan ada sejak 1940, sebelum Indonesia merdeka.
Mewarisi resep sang mpunya, Linda kini meneruskan usaha kuliner ini. Linda adalah cucu mantu. Ia menikah dengan anak Mbah Jani, Basuki yang menjadi trah generasi ketiga.
Tak ada yang berubah sejak Mbah Jani mulai berjualan. Pikulan berbahan bambu itu belum berubah, dan dibiarkan menghitam. Mirip Soto Branggahan, soto ini disajikan di mangkuk kecil. Namun, dimasaknya masih menggunakan cara tradisional dengan tungku kayu bakar yang menambah cita rasa dari kuliner tersebut.
Berbeda dengan Soto Podjok dan Soto Bok Ijo yang menggunakan ayam, Soto Mbah Jani menggunakan irisan daging kambing yang empuk.