Pixel Code jatimnow.com

Pesan Ketua PGRI Tuban di Hari Pendidikan: Guru Tetap Tak Tergantikan

Wiyata Jumat, 03 Mei 2024 08:32 WIB
Ketua PGRI Tuban, Witono. (Foto: Humas Pemkab Tuban for jatimnow.com)
Ketua PGRI Tuban, Witono. (Foto: Humas Pemkab Tuban for jatimnow.com)

jatimnow.com - Memperingati Hari Pendidikan, Ketua PGRI Tuban memberikan sejumlah pesan untuk para pendidik. Menurutnya, pendidikan merupakan penyemaian peradaban bangsa untuk mewujudkan generasi yang akan datang, terutama menuju 100 tahun Indonesia merdeka atau Indonesia Emas 2045.

"Sehingga diharapkan generasi yang akan datang adalah generasi yang peka terhadap keberadaan kondisi riil saat ini dan mampu menjawab tantangan masa depan," ungkap Ketua PGRI Tuban, Witono, Kamis (2/5/2024).

Mantan Sekretaris Disdik Tuban itu mengatakan, untuk mewujudkan itu semua adalah pendidikan yang berkualitas. Maka harus memperhatikan orang-orang yang peduli dengan pendidikan. Seperti yang diamanatkan oleh Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui filosofinya Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (Di depan memberi contoh, di tengah-tengah membangun semangat, dari belakang memberi dorongan).

"Tingkat kepeduliannya terhadap pendidikan yang luar biasa, maka hari lahirnya diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional," tutur pria yang menjadi guru sejak 1986 itu.

Ketua PGRI Tuban periode 2020-2025 itu menambahkan, untuk mewujudkan itu, tentu membutuhkan seorang guru sebagai pendidik, pelatih, pengajar anak-anak dalam mengantarkan terbang kedua sayapnya ke langit biru untuk menjadi anak yang pintar dan benar.

"Benar pesan Ali bin Abi Thalib, didiklah anakmu sesuai zamannya, tentu mereka akan mengalami masa yang berbeda dengan zamanmu," seru pensiunan guru ASN itu.

Untuk itu, diakuinya, zaman Ki Hadjar Dewantara tentu berbeda dengan zaman sekarang, maka tema saat ini sudah diselaraskan dengan kondisi riil sekarang. Hari pendidikan saat ini bergerak bersama, majukan Indonesia.

"Kurikulum bisa berganti, mulai 1947, 1952, 1968, 1974, 1984, 1994, 2003, 2004, 2006, 2013 hingga kurikulum merdeka," beber dia.

Tentu, tandasnya, itu sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan yang pasti tak bisa terganti, yakni kehadiran guru.

"Sebagai organisasi profesi guru, kami mendorong bagaimana kami dapat menjadi guru yang bermutu, mampu menjawab tantangan dan teladan seperti semboyan filosofi Ki Hadjar Dewantara," timpal Witono.

Dengan komitmen PGRI, menjadikan anak didik pintar dan ber-akhlakul karimah, terus mendorong agar guru dapat mengantarkan anak didik menjadi generasi emas 2045.