Pixel Code jatimnow.com

Stunting Tahun Lalu Jember Tertinggi di Jatim, Kini Urutan Keempat

Pemerintahan Kamis, 01 Agu 2024 18:30 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Hendro Soelistijono. (Foto: Diskominfo Jember)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Hendro Soelistijono. (Foto: Diskominfo Jember)

jatimnow.com - Kabupaten Jember pada tahun 2023 lalu menjadi tertinggi dalam kasus stunting di Jawa Timur. Sedangkan untuk tahun 2024 ini, sudah mengalami penurunan dengan berada urutan nomor 4 tertinggi.

"Kalau dilihat dari hasil SKI (Survei Kesehatan Indonesia) sebelumnya kita 34,9 persen dan kemudian turun menjadi SKI berikutnya 29,7 persen. Artinya, sudah turun 5,2 persen dalam setahun, dan itu luar biasa sebetulnya capaiannya," kata Kepala Dinas Kesehatan, dr. Hendro Soelistijono, Kamis (1/8/2024).

Menurut Hendro, hasil SKI itu tidak total populasinya, hanya mengambil sekitar 9 ribu. Akan tetapi, penimbangan terakhir yang sudah menggunakan antropometri terlihat sebesar 7,27 persen penurunan stuntingnya.

"Itu riil yang dilakukan penimbangan dari rumah ke rumah, by name by address. Kurang lebih 150 ribu balita saat ini," sebutnya.

Hendro mengaku tidak mempermasalahkan hasil survei yang hanya 9 ribuan.

"Kalau kita jelas, ada nama, alamat, timbangan, tinggi badan, dan lengkap," terangnya.

Kadinkes menegaskan, untuk saat ini Kabupaten Jember sudah tertinggi lagi stuntingnya. Karena yang dia lakukan memakai metode survei yang diyakini kebenarannya.

"Tidak masalah, tapi kenyataan kita bukan tertinggi lagi. Kita sudah luar biasa dalam satu tahun, mampu menurunkan 5 persen dan itu merupakan effort yang luar biasa, saya kira itu tidak mudah," tegasnya.

Pemerintah Kabupaten Jember sekarang, gencar melakukan percepatan penurunan stunting, baik pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil, PMT untuk balita stunting, pendampingan ibu hamil, permasalahan gizi dan sebagainya.

Selain itu, Bupati dan Wakil Bupati Jember juga mengimbau para ASN untuk menjadi orang tua asuh bagi anak stunting.

Kedepan, pendampingan yang dilakukan semua ASN akan kita tingkatkan menjadi pendampingan seluruh masyarakat.

"Jadi di sini pendampingan bukan membantu, hanya membantu, mengawasi, memastikan balita stunting itu mendapat bantuan," bebernya.

"Memastikan balita stunting itu, memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan, memastikan balita stunting, orang tua asuhnya untuk dapat pelayanan kesehatan secara gratis dan mendapat bantuan secara gratis," pungkasnya.

Dengan harapan, agar anak yang stunting benar-benar mendapatkan bantuan dan tepat sasaran. Sehungga orang tua asuh diminta untuk melakukan pengawasan saja.