Pixel Code jatimnow.com

3 Desa di Sidoarjo Kekeringan, Puluhan Hektare Sawah Gagal Panen

Peristiwa Rabu, 09 Okt 2024 17:50 WIB
Kekeringan yang terjadi di Desa Tarik Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)
Kekeringan yang terjadi di Desa Tarik Sidoarjo. (Foto: Ahaddiini HM/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sebanyak 3 desa di Kecamatan Tarik, Sidoarjo mengalami kekeringan. Imbasnya, puluhan hektare sawah di Desa Segodobacang, Desa Banjarwungu dan Desa Mergosari mengalami gagal panen.

Gagal panen musim ini selain kurangnya pengairan, diperparah dengan merebaknya hama tikus, sehingga sawah di tiga desa tersebut mengalami gagal panen total.

Kepala Desa Segodobacang, Slamet Rianto mengatakan gagal panen yang melanda sawah petani di desanya itu disebabkan oleh kekurangan air. Sehingga dengan tidak adanya pasokan air, serangan hama tikus akan lebih mudah untuk menyerang tanaman padi milik warga petani.

"Di tahun ini, gagal panen di desa kami secara keseluruhan mencapai 70 hingga 80 persen. Penyebab utamanya ya dari pengairan," ujarnya, Rabu (9/10/2024).

Ia melanjutkan, selain gagal total, sejumlah sawah yang mengalami gagal panen yang mencapai 50 hingga 80 persen juga terjadi di desanya.

Di Dusun Putuh ada sekitar 18 hektare sawah yang mengalami gagal panen, dan Dusun Segodo sebanyak 29 hektar dengan mencapai kegagalan panen sekitar 80 persen. Sedangkan di Dusun Pulutan sebanyak 23 hektar yang mengalami gagal panen total.

"Kalau di Dusun Pulutan di belakang saya ini gagal total, bahkan untuk panen gabah sekilo pun tidak ada," tegas Rianto.

Lebih lanjut ia mengatakan, pihak pemerintah desa setempat akan melakukan upaya pengairan sawah dengan membuat sumur dangkal dengan melakukan pengeboran di tiap titik lokasi yang akan dijadikan sentral pengairan.

Sementara itu, Camat Tarik, Hary Subagio mengatakan, kondisi kekeringan sawah di Desa Segodobacang saat ini menjadi salah satu perhatian pemerintah.

Dari penuturannya, selain faktor musim kemarau, kondisi Desa Segodobacang yang memiliki lokasi jauh dari sungai iringasi membuat pengairan sawah menjadi terhambat.

"Kalau Segodobacang ini kan kondisi letaknya ada di wilayah timur, sedangkan kalau di daerah barat airnya masih lebih tersedia di daerah sana, karena dekat dengan irigasi," terangnya.

Ia menjelaskan, air dari hulu sungai irigasi untuk sampai ke sawah di Desa Segodobacang membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

"Kalau air dialirkan ke sawah Segodobacang, saat di tengah perjalanan terjadi banyak kendala. Karena di desa yang lain juga banyak yang membutuhkan air, jadi pada saat musim kemarau kondisinya ya seperti ini," tegas Hary.

Sementara informasi yang didapat dari data Kecamatan Tarik, Desa Segodobacang mengalami gagal panen yang cukup besar. Disusul Desa Banjarwungu juga mengalami gagal penen sebanyak 7 hektare dan di Desa Mergosari sebanyak 6 hektare.