Pixel Code jatimnow.com

Kepala Bakomstra Herzaky Beber Kunci Kesolidan Partai Demokrat Pascakrisis KLB

Wiyata Jumat, 11 Okt 2024 20:21 WIB
Herzaky Mahendra Putra  usai ujian terbuka di Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. (Foto: Zaki Zubaidi/jatimnow.com)
Herzaky Mahendra Putra usai ujian terbuka di Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. (Foto: Zaki Zubaidi/jatimnow.com)

jatimnow.com - Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra membeberkan kunci kesolidan partainya meski sempat dilanda krisis saat diguncang kasus Kongres Luar Biasa (KLB).

Hal ini dituangkan Herzaky dalam disertasinya yang berjudul 'Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Lingkungan Kerja, dan Komitmen terhadap Decision to Stay yang Dimediasi oleh Intention to Stay pada Partai Demokrat di Indonesia Pasca Penolakan Pengesahan KLB Ilegal oleh Kemenkumham'.

Juru bicara Partai Demokrat itu sukses meraih gelar doktor di Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. Sidang terbukanya digelar pada Jumat (11/10/2024).

"Saya menyelesaikan disertasi ini dalam proses akademik panjang yang berlangsung selama tiga tahun satu bulan lima hari," kata Herzaky usai ujian terbuka di Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Menurut dia, penelitian yang dilakukannya merupakan upaya untuk memahami lebih dalam bagaimana peran kepemimpinan transformasional. Khususnya di Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mempengaruhi kader untuk tetap bertahan pascakrisis yang dihadapi partai tersebut.

Penolakan pengesahan Kongres Luar Biasa (KLB) ilegal oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menjadi momen krusial dalam sejarah Partai Demokrat yang berpotensi mengguncang kestabilan partai, namun berhasil dihadapi dengan soliditas kader.

Herzaky menuturkan bahwa kepemimpinan transformasional AHY berperan signifikan dalam menjaga keutuhan partai dan meningkatkan komitmen kader meskipun dihadapkan pada badai politik.

“Disertasi saya berfokus pada pengaruh signifikan kepemimpinan AHY dalam mendorong kader untuk tetap bertahan setelah krisis penolakan KLB ilegal oleh Kemenkumham. Banyak partai lain mungkin akan kehilangan banyak kader dalam kondisi seperti ini, namun di Demokrat kami melihat sebaliknya. Kepemimpinan transformasional terbukti menjadi kunci utama yang membuat kader bertahan,” jelas Herzaky.

Lebih lanjut, Herzaky memaparkan AHY sebagai pemimpin berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, yang ditandai dengan nilai-nilai luhur, visi yang jelas, dan komitmen terhadap tujuan jangka panjang partai.

Ia menekankan bahwa di tengah dominasi politik transaksional di Indonesia, AHY membawa angin segar dengan memimpin melalui nilai-nilai yang berbasis pada integritas dan misi yang jelas.

“Kepemimpinan AHY tidak hanya sebatas mengelola partai secara politik, tetapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan tujuan bersama di antara kader. Di saat banyak kader dari partai lain pindah ke partai lain karena iming-iming kepentingan jangka pendek, Demokrat justru tidak mengalami hal tersebut. Kepemimpinan berbasis nilai dan visi jangka panjang yang AHY tunjukkan membuat kader tetap solid,” ungkapnya.

Dalam penelitiannya, Herzaky juga mengkaji faktor-faktor lain seperti lingkungan kerja di partai dan komitmen kader terhadap partai yang juga berperan penting dalam keputusan kader untuk tetap bertahan. Namun, yang paling menarik adalah peran mediasi dari niat untuk bertahan, saat niat tersebut sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan di partai.

“Banyak kader Demokrat yang sebelumnya mungkin ragu, akhirnya memutuskan untuk tetap bertahan karena melihat perubahan positif di bawah kepemimpinan AHY. Ini bukan sekadar soal politik, tetapi soal bagaimana kader-kader partai merasa dihargai dan dilibatkan dalam visi partai ke depan,” imbuhnya.

Herzaky juga menyoroti bahwa salah satu tantangan besar dalam dunia politik Indonesia adalah kurangnya perhatian pada pengembangan sumber daya manusia di partai politik. Menurutnya, partai politik di Indonesia masih terlalu fokus pada aspek politik elektoral dan sering kali mengabaikan pentingnya pembinaan kader secara berkelanjutan.

“Kita sering mendengar tentang tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam berbagai bidang, tetapi sangat jarang sekali kita berbicara tentang bagaimana mengelola partai politik dengan baik sebagai tempat pembentukan pemimpin masa depan. Padahal, sebagian besar pemimpin besar di Indonesia lahir dari partai politik,” ujarnya.

Melalui disertasinya, Herzaky berusaha membuka peluang bagi penelitian lanjutan tentang pengelolaan partai politik yang lebih efektif dan berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia.

Ia berharap disertasinya dapat memicu penelitian lebih lanjut yang berfokus pada peran partai politik sebagai kawah candradimuka bagi calon-calon pemimpin bangsa.

“Penelitian tentang bagaimana mengelola partai politik dengan pendekatan pengembangan sumber daya manusia masih sangat minim. Padahal, partai politik adalah salah satu institusi terpenting dalam demokrasi yang seharusnya menjadi tempat lahirnya para pemimpin dengan integritas tinggi. Saya berharap penelitian saya bisa menjadi awal dari kajian-kajian yang lebih mendalam tentang hal ini,” tuturnya.

Herzaky juga menegaskan bahwa partai politik memiliki peran strategis dalam membentuk pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia. Menurutnya, pengembangan sumber daya manusia dalam partai politik harus menjadi fokus utama untuk menciptakan pemimpin yang berkualitas, mulai dari tingkat lokal seperti anggota DPRD hingga pemimpin nasional.

“Untuk menjadi pemimpin besar, sebagian besar kader harus memulai dari partai politik. Oleh karena itu, pengelolaan partai politik harus dilakukan dengan serius, terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Kader-kader muda yang potensial harus mendapatkan kesempatan untuk berkembang, tidak hanya dalam hal politik elektoral, tetapi juga dalam hal kepemimpinan yang berbasis nilai,” paparnya.

“Saya berharap penelitian ini bisa membuka mata banyak pihak, bahwa pengelolaan partai politik bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga tentang membangun nilai-nilai yang kuat dan membentuk kader-kader yang berkualitas. Kita butuh lebih banyak pemimpin yang memiliki integritas, dan itu dimulai dari pengelolaan partai politik yang baik,” pungkas Herzaky.