Pixel Code jatimnow.com

Marak Bunuh Diri di Surabaya, Waspadai Gejala Ini Rek!

Gaya Hidup Senin, 14 Okt 2024 18:08 WIB
Mira Tripuspita, psikolog sekaligus VP Business Support Regional 2 Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Mira Tripuspita, psikolog sekaligus VP Business Support Regional 2 Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

jatimnow.com - Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi di Surabaya dalam beberapa waktu belakangan menimbulkan keprihatinan bagi warga di Kota Pahlawan.

Tercatat dalam sebulan terakhir sudah ada 3 kasus dugaan bunuh diri. Semuanya dilakukan dengan cara melompat dari gedung bertingkat.

Lantas apa yang melatarbelakangi seseorang yang kemudian nekat untuk mengakhiri hidup? Dan bagaimana cara mencegah agar terhindar dari prilaku tersebut?

Menurut Psikolog Mira Tripuspita, ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Baik dari faktor internal atau dari dirinya sendiri maupun faktor eksternal tekanan dari luar seperti sosial, masalah ekonomi dan lain sebagainya.

"Namun pada intinya, seseorang yang cenderung ingin melakukan tindakan bunuh diri adalah karena depresi, hingga menyebabkan adanya gangguan mental yang tidak terdeteksi," ujar Mira kepada jatimnow.com, Senin (14/10/2024).

Secara umum, kata Mira orang yang mengalami depresi disebabkan karena ambisi (keinginannya) yang tidak bisa dia kendalikan sesuai dengan realita yang ada.

Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga mengakibatkan ambisinya itu terus menumpuk sementara realita yang ada tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Sehingga hal itu kemudian menjatuhkan mentalnya.

"Bahwa ketidakmampuan seseorang mengelola ambisi (keinginan) sesuai dengan realita inilah kemudian yang membuat seseorang menjadi depresi," terangnya.

Supaya terhindar dari hal itu, lanjut Mira, seseorang harus mempunyai dan tahu batasan dari apa saja yang menjadi ambisinya. Bahwa ada realita yang bekerja di luar kemampuannya untuk mengatur hal yang menjadi keinginannya.

"Yang paling penting itu tahu batasnya. Kapan harus berhenti (mengupayakan) dan melepaskannya," tegasnya.

Lebih jauh, Mira menjelaskan bahwa setiap diri seseorang itu tubuhnya akan memberikan sinyal atau tanda sedang mengalami stress. Misalnya tiba-tiba mengalami anxiety (kecemasan) kekhawatiran dan rasa takut yang intens, berlebihan, dan terus-menerus ini kemudian menimbulkan reaksi pada tubuh seperti jantung berdenyut kencang, napas tersengal-sengal, berkeringat, merasa lelah, kepala pusing dan lainnya.

"Itu adalah bahasa dari tubuh yang mengatakan bahwa sedang mengalami stress. Jadi kenali bahasa tubuh kita kemudian ambil keputusan untuk melanjutkan mengejar keinginan (ambisi) kita atau melepaskan semuanya dan mulai dengan hal baru," terangnya.

Pada dasarnya, pencegahan bunuh diri bisa teratasi dengan baik selama keluarga dan temannya ikut peduli untuk membantu serta mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi orang tersebut.

Dukungan dari support system terbukti membawa pengaruh positif pada kesehatan mental seseorang, sehingga orang yang berisiko bunuh diri menjadi lebih bahagia dan kuat menjalani hari-harinya. Itulah mengapa support system memainkan peran penting dalam pencegahan bunuh diri.

"Begitu pun bila Anda sendiri yang merasa ingin bunuh diri atau memiliki ide untuk bunuh diri, berkonsultasilah ke psikiater untuk mendapatkan pertolongan dan penanganan yang tepat," tandas dia.