Teater Api Indonesia Raih Anugerah Sabda Budaya 2024, Kurator: Inspiratif!
Peristiwa Rabu, 06 Nov 2024 08:04 WIBjatimnow.com - Teater Api Indonesia meraih penghargaan Anugerah Sabda Budaya 2024 Kategori Komunitas Seni Budaya di Ballroom 1 Hotel Grand Mercure Malang Mirama Jalan Raden Panji Suroso No 7 Kota Malang, Selasa (5/11/2024).
Penghargaan diserahkan oleh Wakil Rektor V Universitas Brawijaya, Prof Dr Unti Ludigdo SE., M.Si., Ak., kepada Ketua Teater Api Indonesia, Mochammad Saleh.
Selain pada komunitas Teater Api Indonesia, dalam kegiatan yang diselenggarakan untuk merayakan Dies Natalis ke-15 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (UB), pihak Dekanat UB juga memberikan penghargaan kepada 6 seniman dan budayawan lain dengan masing-masing kategori.
Di antaranya bidang sastra yang diraih Sasti Gotama, bidang seni rupa diraih oleh Koeboe Sarawan, bidang seni tradisi diraih oleh Alm. Mbah Karimun sebagai pelestari seni topeng Malang.
Sementara peraih anugerah bidang pemerintah peduli budaya, yaitu Yudil Chatim yang menjabat sebagai atase pendidikan dan kebudayaan di Beijing, dan peraih insentif pelestari budaya Alm. Adrian Pawitra sebagai pembuat kamus bahasa Madura - Indonesia dan bidang seni musik diberikan pada gitaris legendaris Ian Antono.
Ketua Tim Kurator, Prof. Djoko Saryono, M.Pd., mengatakan bahwa pemberian penghargaan ini, didasarkan proses kurasi dari para kurator yang berjumlah 5 orang, yaitu Hengki Herwanto, Winarto Ekram, Yusril, Syarifudin dan Djoko Sarono sendiri.
Pemilihan para kurator ini sendiri didasarkan pada 2 hal, yaitu yaitu keterlibatan yang panjang pada bidang seni dan budaya, serta terdidik dan terlibat dalam ilmu yang sesuai dengan bidang pendidikan tersebut.
Beberapa personel Teater Api Indonesia saat menghadiri Anugerah Sabda Budaya 2024 di Universitas Brawijaya Malang. (Foto: Endang Pergiwati/jatimnow.com)
"Keterlibatan yang panjang pada bidang seni atau budaya ini dan terdidik serta terlibat dalam ilmu yang menjadi perhatiannya itu. Jadi kombinasi ini untuk bekerja secara obyektif dan sesuai prosedur," tegas Djoko Saryono, Selasa (5/11/2024).
Selain itu, ada 3 titik penting yang menjadi pertimbangan para kurator, yaitu fokus pada sumber daya kemampuan Jawa Timur, legasi yang diberikan oleh Jawa Timur, serta apa yang bisa diberikan pada Universitas Brawijaya dalam arti luas, yaitu sumbangsih pada kebudayaan dan kemanusiaan itu sendiri.
Terhadap perjalanan Teater Api Indonesia pun, Djoko Saryono melihat kriteria umum, seperti legasi, kemanfaatan, pengaruh telah dipenuhi Teater Api Indonesia.
"Selain itu, kami melihat keunikan atau ciri distingtif, yang membedakan kelompok ini dengan kelompok yang lain, yang memberi warna dan pengaruh bagi kelompok seni yang lain," tambahnya.
Melihat keterlibatan Teater Api sendiri, kata Djoko, keterlibatannya tidak diragukan lagi. Etos berkesenian bahkan bisa menjadi inspirasi bagi yang lain, serta pilihan teaterikal dan repertoar dari kelompok ini juga memberi keanekaragaman reportoar teater yang ada di negeri ini.
Pilihan bentuk komunitas ini pada teater tubuh, lanjut Djoko, juga menjadi salah satu keunikan dan kekhasan yang menjadi nilai tambah bagi Teater Api Indonesia.
"Kami berharap Teater Api Indonesia dapat menjadi ikon yang mengisi repertoar teater di Jatim dan yang penting bisa memberi kontribusi bagi (Universitas) Brawijaya, setidaknya pemberian apresiasi dan penghargaan Sabda Budaya ini membuat UB merasa telah mengangkat hal ini dan apa yang diangkat ini akan berpengaruh dan memberi manfaat bagi kemanusiaan," tutup Djoko.
Sementara Sutradara Teater Api Indonesia, Luhur Kayungga mengapresiasi langkah UB dalam kegiatan ini.
"Sebagai institusi pendidikan, UB telah melakukan komitmen secara nyata untuk kerja kebudayaan dan kemanusiaan. Kepekaan, kepedulian dan kecermatannya terhadap pelaku - pelaku budaya, termasuk di dalamnya kesenian, menjadi kerja kolektif untuk melakukan transformasi value atau nilai secara efektif, sehingga menjadi keniscayaan untuk menata sebuah peradaban," tuturnya.
Sekedar diketahui, Teater Api Indonesia mulai berdiri pada Juli 1993. Selama 31 tahun ini, kelompok teater yang lahir di Surabaya ini telah melakukan pementasan teater di berbagai kota, seperti Mataram, Banjarmasin, Makassar, Denpasar, Padang, Solo, Bandung, dan kota-kota lainnya. Dalam setiap pementasannya, Teater Api Indonesia selalu membawa visi kultural di tengah carut marutnya kehidupan saat ini.