Pixel Code jatimnow.com

Kisah Sedih Para Guru di Jember yang Lolos PPPK Tapi Dibatalkan

Peristiwa 8 jam yang lalu
Para guru menangis di depan kantor DPRD Jember (Foto: Sugianto/jatimnow.com)
Para guru menangis di depan kantor DPRD Jember (Foto: Sugianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Kisah sedih dialami para guru yang dinyatakan lolos sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tapi dibatalkan. Salah seorang guru bahkan lebih memilih ujian daripada mengantar suami yang akan menjalankan tugas negara ke Libanon.

Kisah ini dialami guru yang juga istri anggota TNI, Cornelia Marta, yang memilih menjalani tes ujian PPPK di Gedung Balai Serba Jember bulan lalu, sehingga tidak dapat mendampingi suami yang akan menjalankan tugas kemanusiaan.

Guru yang bertugas di SDN Dukuh Mencek 3 ini, awalnya merasa sangat bahagia bersama keluarga, ketika mendengar kabar dirinya lolos seleksi PPPK.

Namun beberapa hari kemudian, ia merasa sangat kecewa karena peluang menjadi guru PPPK menjadi pupus, karena ternyata kelulusannya sebagai PPPK dibatalkan.

"Kami tidak hanya dirugikan dari segi materi saja, kami juga rugi dari segi psikis kami. Keluarga kami yang sudah bangga, saya pribadi sampai meninggalkan anak saya, masih balita untuk fokus pemberkasan ini," ungkapnya, Rabu (22/1/2025).

"Kalau hasilnya seperti ini, bukan hanya saya, tapi banyak keluarga kami yang kecewa, yang istilahnya kami dipermainkan seperti ini," lanjutnya.

Cornelia bersama 21 guru lain yang dinyatakan lolos pada 7 Januari lalu, setelah menyelesaikan pemberkasan 15 Januari dinyatakan tidak dapat formasi.

"Kami minta keadilan, supaya apa yang menjadi usaha kami dengan serius hingga mengorbankan waktu dan anak didik kami di sekolah. Itu bukan perkara mudah, itu tanggung jawab kami dan kami tinggalkan. Kita mohon keadilannya," kisahnya.

Bahkan yang paling menyedihkan, pada 12 Desember 2024, ia yang seharusnya bisa mengantar suaminya menjalankan tugas kemanusian di Libanon, terpaksa tidak bisa mengantarkan.

"Tapi saya memilih untuk tidak mengantarkan dan saya menghadap komandan minta izin. Saya tidak mengantar suami saya, karena melaksanakan ujian. Kebetulan suami saya TNI," kisahnya, hingga meneteskan air mata.

Bahkan ketika mempersiapkan ujian dan pemberkasan, dengan sangat terpaksa, ia juga meninggalkan anaknya demi berjuang lolos PPPK.

"Jadi waktu saya terbuang sia-sia, sedangkan saya mengorbankan momen yang penting untuk keluarga saya," ceritanya.

Hal sama juga dialami Moh Hadi Nasrullah, salah satu guru di SDN Lojejer 2 yang telah 14 tahun menunggu momen ini, akhirnya harus menelan kekecewaan karena pembatalan ini.

Pria yang disapa Anas ini merasa shock (terkejut) ketika ada kabar jika ia tidak lolos PPPK alias dibatalkan.

"Langsung shock, gak karuan waktu ada pengumuman. Gak karu-karuan mentalnya, intinya Panselda merespon Panselnas hingga status kami berubah," akunya.

Tidak hanya dirinya, keluarga, kerabat, tetangga, yang awalnya mensupport juga mengalami kekecewaan dengan dibatalkannya dirinya sebagai PPPK.

Kekecewaan ini tidak hanya terjadi pada dirinya, melainkan juga 22 guru yang lain yang mengalami nasib seperti ini merasakan kekecewaan yang sama.