Pixel Code jatimnow.com

Malam Vigili Paskah di Gereja Santo Yusup Surabaya, Berikut Makna dan Pesannya

Peristiwa Sabtu, 19 Apr 2025 13:06 WIB
Ilustrasi Peringatan Malam Paskah. (Foto: pinterest.com)
Ilustrasi Peringatan Malam Paskah. (Foto: pinterest.com)

jatimnow.com - Menjelang peringatan Kebangkitan Yesus Kristus, umat Gereja Katolik Santo Yusup Surabaya di jalan Raya Mastrip Kebraon I Nomor 1, Kebraon, Karangpilang, Surabaya, menggelar perayaan Vigili Paskah.

“Perayaan Vigili Paskah merupakan upacara suci umat beriman Gereja Katolik Santo Yusup mengenangkan Yesus bangkit mengalahkan kuasa kegelapan dengan terang kasihNya,” jelas RD Timotheus Siga, melalui keterangan tertulis pada Sabtu (19/4/2025).

Perayaan Vigili Paskah ini dilaksanakan dalam 2 kali Misa (ibadah/kebaktian) yaitu pada pukul 18.00 WIB bersama RD Timotheus Siga dan pukul 18.00 WIB bersama RD. Bruno Joko Santoso yang juga Pastor Kepala Paroki dan Pastor Kevikepan Surabaya Barat.

Romo Bruno akan menerimakan Sakramen Baptis, pada Malam Paskah, Sabtu (19/4//2025), dengan 25 orang sebagai peserta baptis. Lalu pada hari Paskah, Minggu (20/4/2025) dengan 31 orang peserta baptis. Sementara jumlah umat yang hadir dalam Vigili Paskah diperkirakan mencapai 1.400 umat.

Romo Siga, sebutan RD Timotheus Siga, juga menjelaskan, dalam Misa Vigili Paskah di Gereja Katolik, ada empat bagian yang memiliki makna secara liturgis.

“Pertama, dalam upacara suci Malam Paskah, Lucernarium, dengan adanya pemberkatan api baru dan penyalaan lilin Paskah oleh imam selebran. Lucernarium ini disebut juga pesta cahaya yang melambangkan Yesus Kristus sebagai terang kehidupan dunia,” ucapnya.

Kedua, lanjut Rm Siga, perayaan Liturgi Sabda, yaitu saat para lektor, pemazmur, dan imam selebran membacakan Sabda Allah. Upacara suci membacakan sabda ini mengungkapkan sejarah keselamatan, mulai dari penciptaan sampai dengan kebangkitan Yesus Kristus.

Ketiga, upacara suci Liturgi Pembaptisan dengan adanya imam selebran memberkati air suci dan melaksanakan pembaptisan, dan terjadinya upacara pembaruan janji baptis bagi umat Allah. Dan keempat, perayaan Liturgi Ekaristi merupakan puncak bagi umat Katolik di seluruh dunia.

“Liturgi Ekaristi yang biasa disebut misa ini, umat merayakan kenangan Yesus Kristus menyelamatkan manusia dengan pengorbanan dan kebangkitan Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur,” tambah Rm. Siga.

Melalui perayaan Malam Paskah ini, pihaknya juga menyampaikan pesan Paskah.

“Perayaan Paskah ini adalah momen peringatan Yesus Kristus bangkit mengalahkan kuasa maut, dosa dan kematian. Yesus bangkit dari kematian, maka memberikan harapan baru bagi manusia bahwa orang mati akan bangkit dalam kehidupan yang baru. Kebangkitan Yesus Kristus bagi umat Gereja Katolik menggerakkan peziarah pengharapan berjalan bersama membangun persaudaraan cinta kasih bagi anggota keluarga, gereja, dan masyarakat,” terangnya.

“Maknanya, hidup sesama patut kita perjuangkan. Daya aktualisasi kebangkitan dan kehidupan dinyatakan dalam kehidupan bersama dengan semangat solidaritas, kesejahteraan hidup bersama, dan subsidiaritas, serta Gereja mengajak umatnya menghormati keluhuran martabat sesama manusia,” imbuhnya.

Namun umat beriman saat ini mengalami tantangan yang sangat berat, yaitu individualisme, materialisme, dan sensualisme.

“Individualisme dimana orang mengagungkan diri sendiri, maunya terkenal, namun tidak mau mengenal sesamanya. Materialisme, dimana orang mengagungkan harta benda, maunya memperkaya diri sendiri dengan mengeruk harta sesamanya, atau minum keringat orang lain. Dan sensualisme mengagungkan kepuasan panca indera, maunya yang nikmat dipandang, lezat dimakan, enak disentuh, rasan-rasan enak di telinga, dan gemerlap pada pandangan mata,” papar Rm Siga.

Ia pun mengajak umat Kristiani memanfaatkan kesempatan untuk meringankan beban orang lain, mengunjungi orang sakit dan keluarga lanjut usia, menghibur orang miskin dan menderita, mengunjungi orang terpenjara, berbagi rejeki dengan tetangga.

“Kita harus berjuang bersama dalam kehidupan ini. Program kesehatan yang merata bagi keluarga-keluarga perlu diperjuangkan. Program pendidikan etiket dan etika bagi anak-anak demi nilai kehidupan yang luhur juga perlu diperhatikan demi masa depan mereka,” tambahnya.

“Semoga kita, sebagai peziarah pengharapan, yang masih berjuang di dunia ini, saling menghormati, dan saling membantu penderitaan orang lain dengan semangat kebangkitan,” tutup Rm Siga.