Kanker Testis Tidak Bisa Diabaikan, Kenali Gejala dan Cara Penanganannya
Gaya Hidup 18 jam yang lalujatimnow.com - Kanker testis merupakan jenis kanker yang tergolong langka, namun tidak boleh dianggap remeh.
Penyakit itu kerap menyerang pria produktif berusia antara 15 hingga 35 tahun, sehingga penting untuk meningkatkan kesadaran akan risiko dan gejalanya.
Menurut data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, terdapat lebih dari 72.040 kasus baru kanker testis secara global, dengan angka kesembuhan mencapai lebih dari 95% bila terdeteksi dan ditangani sejak tahap awal.
Sayangnya, di negara berkembang termasuk Indonesia, kesadaran masyarakat terhadap kanker testis masih rendah, sehingga banyak pasien baru datang ke rumah sakit ketika kondisi sudah parah dan risiko komplikasi serta penyebaran kanker semakin tinggi.
dr. Syakri Syahrir, Sp.U(K), Spesialis Urologi mengatakan, kanker testis tidak dapat sembuh tanpa penanganan medis. Penanganan dini sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Bahkan pada stadium awal, kanker testis sering kali tidak menunjukkan gejala.
"Karena itu, penting bagi pria untuk lebih peduli terhadap perubahan pada organ reproduksi mereka," tututnya.
Testis adalah organ reproduksi pria yang berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron, berada di dalam skrotum.
Kanker testis berkembang ketika sel abnormal tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor ganas.
Jika tidak segera ditangani, kanker ini dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, tulang, dan hati.
Kanker testis terbagi menjadi dua tipe utama berdasarkan asal sel kanker. Pertama, germ cell tumor yang berasal dari sel yang membentuk sperma dan terdiri dari subtipe seminoma dan non-seminoma.
Kedua, tumor stroma yang berasal dari jaringan penghasil hormon di dalam testis, termasuk tumor sel Sertoli dan tumor sel Leydig.
Faktor risiko kanker testis meliputi riwayat keluarga, infeksi HIV, testis yang tidak turun (kriptorkismus), kelainan bawaan pada penis, gangguan perkembangan testis, serta kondisi prekanker karsinoma in situ.
Gejala awal kanker testis biasanya berupa benjolan atau pembesaran pada salah satu testis, nyeri atau ketidaknyamanan di skrotum, serta penumpukan cairan secara mendadak.
Beberapa pasien juga mengalami pembesaran payudara, nyeri punggung bawah, sesak napas, hingga nyeri tumpul di perut bagian bawah atau selangkangan.
Jika gejala tersebut muncul, segera konsultasikan ke dokter spesialis urologi.
Diagnosa kanker testis dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari wawancara medis, pemeriksaan fisik, USG skrotum, tes darah penanda tumor, CT scan, hingga biopsi untuk memastikan jenis dan stadium kanker serta menentukan pengobatan yang tepat.
Pengobatan kanker testis melibatkan operasi pengangkatan testis (orkiektomi), kemoterapi, dan radioterapi. Tindakan ini harus dilakukan dengan serius dan tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri. Terapi juga bisa dilakukan sebelum atau sesudah operasi tergantung kondisi pasien.
dr. Syakri menambahkan, saat ini belum ada metode pencegahan spesifik untuk kanker testis, tetapi mengurangi faktor risiko dan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan rutin bisa membantu meningkatkan harapan hidup.
"Pemeriksaan mandiri testis dan pemeriksaan rutin ke dokter urologi sangat dianjurkan terutama bagi yang memiliki faktor risiko," tegasnya.
Dengan meningkatnya kesadaran dan deteksi dini, kanker testis yang sebelumnya jarang disadari kini bisa ditangani lebih efektif dan menyelamatkan banyak nyawa pria produktif di Indonesia.