Satir dan Meme Jadi Senjata! Gen Z Ubah Wajah Demonstrasi di Indonesia
Politik 15 jam yang lalujatimnow.com - Aksi demonstrasi yang dilakukan generasi Z (Gen Z) belakangan ini menarik perhatian publik karena cara mereka menyampaikan aspirasi yang kreatif. Mulai dari poster satir, meme jenaka, hingga video singkat di media sosial, semua menjadi bagian dari strategi baru dalam menyuarakan keresahan.
Menanggapi fenomena ini, Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), Aribowo, menjelaskan bahwa keterlibatan generasi muda dalam gerakan sosial bukanlah hal baru.
Menurutnya, posisi sosial mereka yang masih dalam tahap pencarian jati diri membuat generasi muda lebih peka terhadap isu-isu ketidakadilan.
"Aksi demonstrasi itu memang sebagian besar pesertanya generasi muda. Entah masih sekolah, kuliah, atau bahkan sudah kerja. Sejak zaman Hindia Belanda, yang melawan pemerintah ya generasi muda. Artinya generasi muda ini menjadi bagian penting dalam gerakan sosial," ujarnya.
Aribowo menambahkan bahwa kreativitas seni sejak lama melekat dalam gerakan sosial. Ia mencontohkan konsep happening art yang muncul pada 1950-an dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada era 1980-1990-an, seni rupa, teater, dan sastra di Indonesia banyak dipengaruhi gagasan posmodernisme, yang kemudian melahirkan perlawanan berbasis seni.
"Happening art itu peristiwa kesenian yang mengangkat realitas masyarakat, lalu diusung menjadi bagian dari perlawanan. Bentuknya bisa seni rupa, teater, atau ekspresi kebudayaan lain," jelasnya.
Gen Z dinilai sangat piawai dalam memanfaatkan media sosial sebagai ruang berekspresi politik. Kreativitas mereka membuat isu-isu sosial dan politik dapat dikemas lebih ringan, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.
"Media sosial jadi instrumen penting untuk membicarakan keresahan, ketimpangan, dan ketidakadilan, baik di Indonesia maupun global. Di situ pula perlawanan terhadap pejabat, pemerintah, hingga negara dirumuskan," tutur Aribowo.
Kendati dibalut kreativitas, Aribowo menegaskan bahwa demonstrasi yang Gen Z lakukan tetaplah aksi serius. Perbedaannya terletak pada isu, peserta, dan formatnya yang kini lebih beragam serta terorganisir.
"Generasi muda itu tidak hanya turun ke jalan, mereka juga menyiapkan siaran pers, membangun jejaring komunikasi, sampai melakukan advokasi hukum," tambahnya.
Menurut Aribowo, lahirnya gerakan sosial seperti aksi demonstrasi selalu terkait dengan kondisi sosial masyarakat. Deprivasi, ketidakadilan, serta kesenjangan yang tampak di tengah masyarakat menjadi pemicu utama lahirnya perlawanan.
"Gerakan sosial itu tidak pernah tumbuh dalam ruang kosong. Dia selalu bergantung pada sistem sosial yang ada. Basis sosial dan ideologi sangat penting agar sebuah gerakan bisa terkomunikasikan dan berkembang," pungkasnya.