jatimnow.com - Ada kisah di balik penggalangan dukungan yang dilakukan tim sukses (timses) atau Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Timur untuk pemenangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin yang dilakukan di beberapa daerah di Jatim.
Salah satunya kisahnya yaitu saat ditanya soal isu atau kabar hoaks bahwa jika Jokowi terpilih lagi menjadi Presiden RI, azan dan pendidikan agama akan dihapus.
"Saya ditanya soal itu setidaknya di empat daerah yaitu Sampang, Pamekasan, Jember dan Madiun. Saat konsolidasi di tempat-tempat itu, ada peserta yang menanyakan karena warga di bawah ternyata banyak yang tanya kabar tentang azan dan pendidikan agama yang katanya akan dihapus," kisah Ketua TKD Jatim, Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin di Surabaya, Senin (11/3/2019).
Baca juga: TKD Tak Rekom Emil Dampingi Khofifah di Pilgub Jatim 2024, Tapi...
Machfud menerangkan, saat itu juga dirinya langsung menepis kabar tersebut.
"Itu hoaks," tegasnya.
Mantan Kapolda Jatim juga meminta ke seluruh tim dan relawan Jokowi-Ma'ruf Amin untuk terus menangkal kabar hoaks tersebut.
"Sudah keterlaluan hoaksnya. Saya sering bilang, lawan Pak Jokowi ini bukan Prabowo kok, tapi hoaks dan semburan-semburan fitnah," tambahnya.
"Bayangkan, hoaks melarang azan itu sampai ke desa-desa lho. Saya saat ditanyai di daerah-daerah itu pas di lokasi yang relatif jauh dari pusat kota, di kampung-kampung. Itu Bahaya dan menyesatkan," bebernya.
Saat mendapat pertanyaan terkait kabar hoaks tersebut, Machfud balik bertanya, "Bapak Ibu mendapat kabar fitnah itu dari mana?"
Baca juga: Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran, Khofifah: Cukup Doakan Saja
Ternyata, cerita Machfud, warga mendapat hoaks dari pesan berantai di WhatsApp (WA) dan media sosial (medsos).
"Warga-warga kan hanya baca judul berita fitnah, melihat capture dari situs abal-abal. Mereka malas mengklik link berita yang mengklarifikasi hoaks itu," katanya.
Machfud lantas menjelaskan, tidak mungkin Jokowi melarang azan dan menghapus pendidikan agama.
"Jokowi adalah muslim yang taat. Beliau puasa sunnah, salat tak pernah ditinggalkan, haji. Mana mungkin pula menghapus pelajaran agama, wong beliau itu malah getol memberdayakan pesantren, memberi beasiswa santri, akrab dengan semua umat beragama," terangnya.
Machfud menambahkan, metode hoaks yang dipakai kubu lain adalah menyebar fitnah terhadap Jokowi dengan isu yang sebenarnya berpotensi menyerang mereka sendiri. Isu-isu tersebut dibiaskan ke Jokowi dengan tujuan publik lupa bahwa isu itu sebenarnya adalah kelemahan kubu tertentu itu.
Baca juga: Rekapitulasi Pilpres 2024 Rampung, Khofifah Ajak Warga Jatim Lakukan Ini
"Misalnya soal anti-Islam, sekarang siapa dong yang enggak berani tes mengaji," ungkap Machfud.
Dengan melihat dinamika di lapangan, Machfud mengatakan, hoaks tak bisa lagi dianggap remeh. Apalagi, berdasarkan survei nasional, masih ada sekitar 9 juta orang yang percaya dengan berbagai hoaks yang menyerang Jokowi, seperti Jokowi adalah anggota PKI dan anti-Islam.
"Hoaks mungkin menjadi satu-satunya jalan untuk menyalip elektabilitas Pak Jokowi. Kan sudah kelihatan di survei bahwa kubu tetangga kesusahan menandingi Pak Jokowi. Mau membandingkan dari sisi apapun sudah kalah. Hasil kerja, mereka kalah. Kepribadian, malah. Dukungan ulama, kalah," paparnya.
"Makanya kita harus waspada. Pak Jokowi sudah menginstruksikan untuk melawan hoaks. Tim akan menjalankan instruksi itu," tandasnya.