jatimnow.com - Sirup bogem merupakan produk khas Kelurahan Wonorejo, Surabaya. Sirup ini menjadi produk unggulan kampung, yang juga memiliki kawasan mangrove.
Tak hanya menjadi produk andalan, produksi sirup ini juga melibatkan warga kampung.
Soni Mohson, merupakan seorang penggagas produk sirup bogem di kampung tersebut. Ia mengolah buah tanaman mangrove, yakni bogem (Sonneratia caseolaris atau dikenal dengan nama pidada merah), sudah di produksi sejak 1998.
”Awalnya ada salah satu teman yang coba memakan, katanya rasanya asam dibuang, terus saya ambil baunya itu harum terus saya coba berinovasi,” ujarnya.
Baca juga: Ayo Rasakan Khasiat Sirup Bogem Mangrove Wonorejo
Baca juga: Menteri ATR/BPN - PWNU Jatim Teken Kerja Sama Sertifikat Tanah Wakaf
Sampai menjadi produk sirup bogem, Soni mengaku melalui banyak tahapan dan beberapa kali gagal. Sampai ia harus melakukan uji coba, hingga layak untuk dikonsumsi. Bogem yang digunakan adalah buah masak yang jatuh dari pohon.
” Bogem hampir tidak pernah berhenti berbuah ada kalanya panen raya ada kala buahnya nggak banyak,” kata Soni.
Panen buah bogem adalah buah masak yang jatuh dari pohon dan dipasang jaring selama ber bulan-bulan. Buah yang dipanen bisa mencapai delapan sampai 10 kg.
Buah bogem yang diproduksi dari kombinasi 2 kilogram gula pasir, 1 kilogram buah bogem dan 2 liter air menghasilkan 2,5 sampai 2,7 liter sirup.
Baca juga: Arus Peti Kemas TPS Naik 9,77 Persen Hingga Oktober 2024, Ekspor-Impor Tetap Stabil
Menurut bapak 3 anak tersebut saat produksi yang dilakukan saat ini, baru seminggu 2-3 kali dan sirup tersebut dikemas dalam botol dengan ukuran 360 ml.
”Jumlah produksi memang tidak menentu. Tergantung panen buahnya. Puncaknya, buah bogem dapat dipanen saat musim kemarau atau pada bulan Agustus sampai Oktober,” terangnya.
Selain sirup, Soni mengembangkan buah bogem menjadi produk makanan lainnya. Yaitu, selai dan dodol. ”Tapi, memang produksinya tidak setiap hari. Sesuai pesanan,” tutup kakek empat cucu itu.
Reporter: Arri Saputra
Baca juga: BBJT Gelar Festival Teater Berbahasa Daerah, 20 SMA/SMA dan Sanggar Adu Akting
Editor: Erwin Yohanes