jatimnow.com - Anggapan masyarakat jika Sentra Wisata Kuliner (SWK) sebagai tempat kalangan menengah ke bawah, lamban laun berubah. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memberikan sentuhan, baik standar pelayanan, re-design, hingga cita rasa.
Sentuhan itu dilakukan agar SWK di Kota Pahlawan lebih berkembang dan modern. Selain itu, tempat makan di sejumlah SWK dibuat bersih. Toilet yang tersedia juga dibuat layaknya mal, agar pengunjung semakin nyaman saat berkunjung.
Agar berwisata kuliner lebih praktis, dua SWK di Surabaya, yaitu Covention Hall (CH) Jalan Arif Rahman Hakim dan Dharmawangsa, mulai menerapkan sistem pembayaran single cashier atau kasir tunggal ala pujasera di pusat perbelanjaan.
Baca juga: Penempelan Stiker Halal dan BPOM di SWK Surabaya Disambut Positif DPRD
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Dinkop) Kota Surabaya Widodo Suryantoro mengatakan, dengan sistem pembayaran single cashier, maka manajemen para pedagang dapat terbukukan. Mulai dari manajemen keuangan maupun produk-produk kuliner yang mereka sajikan.
"Dengan begitu maka bisa diketahui jenis makanan atau minuman apa saja yang disukai pembeli atau konsumennya," terang Widodo.
Melalui sistem pembayaran kasir tunggal itu, bisa diketahui seberapa besar omset SWK. Baik omset harian, mingguan atau bulanan yang didapat masing-masing pedagang.
"Kalau menggunakan single cashier maka ada print out-nya dari daftar pesanan yang kita sodorkan, misalkan makanan atau minuman ini sangat laris. Dari situ kita bisa lakukan evaluasi," tambahnya.
Terkait mekanisme transaksi, pria yang pernah menjabat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya ini menjelaskan, pembeli memesan salah satu menu di pedagang, kemudian mendapat nota rangkap untuk bertransaksi di kasir. Selanjutnya, pembeli mendapat nota baru di kasir. Nah, nota baru ini sebagai bukti pembeli telah menyelesaikan transaksi. Sementara nota dari pedagang akan distempel oleh petugas kasir.
Saat ini, ada dua SWK yang sudah menerapkan single cashier sebagai pilot project, yakni SWK CH kerjasama dengan Universitas Ciputra dan SWK Dharmawangsa yang dikelola Pemkot Surabaya.
Menurut Widodo, penerapan kasir tunggal ini menguntungkan para pedagang. Sebab pemkot membantu manajemen pembukuan, baik data pendapatan hingga promosi. Pemkot memastikan, penghasilan pedagang yang terekam selama satu hari akan langsung diberikan kepada pedagang. Melalui sistem pembayaran kasir tunggal, diharapkan pengelolaan SWK di Surabaya lebih modern dan manajemen para pedagang bisa tertata.
Baca juga: PAPI TITO MANGAN TOK : Pesta Kue Sampe Mbledooos
Dalam penerapan sistem single cashier, pemkot punya kriteria khusus. Seperti SWK yang nilai omsetnya sudah masuk kategori tinggi dan ramai pengunjung. Menurut Widodo, setidaknya ada 24 dari total 44 SWK di Surabaya yang siap diterapkan sistem kasir tunggal.
Lantas bagaimana dengan SWK yang belum memenuhi kriteria tersebut? Widodo menyatakan, pemkot akan terus memberikan pendampingan. Salah satunya dengan cara bersinergi dengan sejumlah hotel guna mendatangkan chef untuk memberikan pelatihan kepada para pedagang. Fokus pelatihan tersebut menyasar cita rasa dan tampilan makanan agar lebih menarik.
Tak hanya itu, Pemkot Surabaya juga memberikan pelatihan manajemen pembukuan keuangan kepada para pedagang. Mereka diajarkan bagaimana memisahkan antara manajemen usaha dengan rumah tangga. Sebab selama ini, para pedagang masih banyak mencampur keuangan usaha dengan rumah tangga.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi menambahkan, peningkatan kualitas SWK memang masuk dalam program perencanaan Pemkot Surabaya. Tujuannya, mendorong para pedagang agar lebih mandiri secara ekonomi. Kemandirian ekonomi akan berdampak langsung pada peningkatan omset.
Baca juga: Dongkrak Ekonomi Warga, Pemkot Surabaya Kembangkan Potensi Kampung Wisata Kue
"Jika omset para pedagang naik, tentu saja akan berimbas terhadap pengentasan kemiskinan di Kota Surabaya," ujar Eri.
Salah satu pedagang SWK Convention Hall Andy Setiawan pun mengapresiasi penerapan sistem pembayaran menggunakan single cashier. Menurutnya, secara tidak langsung hal itu akan meningkatkan brand dari SWK itu sendiri.
"Jadi SWK ini juga harus setara dengan milik swasta yang modern," kata pria yang berdagang tahu telor ini.
Andy mengungkapkan, setelah diterapkan kasir tunggal, dia bisa mengetahui omset yang didapat, baik itu harian, mingguan atau bulanan. Bahkan Andy mengaku, saat ini omsetnya telah meningkat sekitar 20-25 persen setelah diterapkannya single cashier.
"Mungkin pengunjung merasa lebih praktis membeli makanan di sini, sehingga lama-kelamaan makin banyak yang datang ke sini," pungkas warga Kecamatan Mulyorejo ini.(ADV)