jatimnow.com – Upacara bendera memperingati kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dilakukan Paguyuban Pakasa Gerbang Tinatar di Jalan Parang Tritis, Kelurahan Mangunsuman, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo dengan mengenakan busana adat dan bahasa Ponoragan, Sabtu (17/8/2019).
Untuk pemimpin upacara menggunakan baju patih ala kerajaan. Sementara, peserta upacara menggunakan pakaian adat Jawa biasa. Yang unik, bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Ponoragan.
"Siaga Tandya (siap grak)," teriak pemimpin upacara.
Baca juga: Aneka Lomba Semarakkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI Bersama PSI Surabaya
Sunarso, Ketua Paguyuban Pakasa Gerbang Tinatar mengatakan pihaknya ingin menggelar upacara lain daripada yang lain.
"Kami ingin yang berbeda," tegasnya.
Menurutnya, upacara menggunakan bahasa dan busana Panoragan untuk memancing masyarat datang menghadiri upacara bendera.
"Alhamddulilah bisa berjalan lancar. Walaupun ada kesalahan tapi sangat lancar," ujarnya.
Upacara menggunakan adat Ponoragan dalam rangka mempertahankan budaya Ponorogo. Selain itu juga untuk mengenalkan kepada generasi muda.
Baca juga: HUT ke-80 RI, TPS Tumbuhkan Kebanggaan dan Semangat Positif
"Soalnya generasi muda sudah sangat eksis luar biasa. Bahasa dalam upacara itu induknya dari bahasa keraton jadi semua itu lebih dulu dari Jawa," terangnya.
Menurutnya, pakaian dan bahasa Jawa sekaligus menghargai jasa pahlawan Ponorogo Eyang Mertopuro yang juga merupakan salah satu tokoh masyarakat.
"Eyang Mantri Kopi Bungkal dan bahkan beliau membunuh William, Asisten Residen ke 3 Madiun. Makam beliau di sisi kanan kita bisa mengangkat pahlawan Ponorogo sehingga masyarakat bisa mengenal tokoh yang ada," jelasnya.
Salah satu peserta, Fiki Eka Putra mengatakan bahasa Ponoragan memang sering digunakan dalam kehidupan sehari-ari. Namun tidak ada yang mempraktikkan dalam upacara.
Baca juga: Ratusan Ojol Surabaya Ikuti Upacara HUT Ke-80 RI Bersama PSI, Semangat Kebangsaan Berkobar!
"Agak kagok kalau bagi orang lain. Tapi harus tetap diperkenalkan," katanya.