jatimnow.com - Berita bohong alias hoaks terkait terkait wabah Virus Corona (Covid-19) masih saja beredar luas di media sosial hingga menyesatkan masyarakat Indonesia.
Atas dasar itu, 25 orang dosen dari berbagai perguruan tinggi di 30 kota di Indonesia yang tergabung di Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), memprakarsai sosialisasi pengetahuan dan upaya menangkal hoaks itu.
Caranya, mereka memproduksi konten sosialisasi dalam 42 bahasa daerah yang berbeda-beda, yang kerap digunakan oleh masyarakat Indonesia. Seperti bahasa Sunda, Banyumasan, Maluku, Mandarin, Jawa dan sebagainya. Tujuannya agar konten informasi tersebut dapat diterima masyarakat yang majemuk.
Baca juga: Muncul Lagi Subvarian Omicron Baru BA.2.75
Japelidi memproduksi beragam informasi akurat terkait Covid-19 ke dalam bentuk video dan poster edukatif bagi masyarakat.
"Untuk mengimbangi banjir hoaks yang menyesatkan warga di saat pandemi ini, kami membuat beragam konten digital 'Jaga diri dan Jaga Keluarga' di dalam 42 bahasa daerah, selain bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin. Supaya bisa lebih dekat dengan keseharian masyarakat kita yang majemuk," kata Koordinator Japelidi, Novi Kurnia, Rabu (1/4/2020).
Menurut wanita yang juga Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) itu menambahkan, produksi konten berbahasa daerah ini masih akan bertambah sesuai kebutuhan masyarakat. Sedangkan penyebaran kontennya bekerjasama dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) dan Komunitas "Berbeda Itu Biasa" melalui Instagram.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Naik Hingga 620 Persen
Selain itu juga dilakukan melalui akun media sosial dan grup WhatsApp para anggota Japelidi yang berjumlah 163 orang dengan membagikan poster digital seperti 'Jaga diri dan Jaga Keluarga', 'Perlindungan Data Pribadi', dan 'Sumber Informasi Terpercaya' serta videografik tips menemani anak belajar di rumah.
"Tanggapan warganet sangat positif. Misalnya, banyak orang atau komunitas meminta kami mengirim file untuk mereka cetak sendiri lalu membagikannya kepada warga berusia lanjut di sekitar mereka. Bahkan ada yang membuatnya menjadi spanduk. Memang banyak orang tidak mengakses jejaring sosial, sehingga akses informasi mereka pun terbatas," sambung Novi.
Japelidi juga melakukan kampanye luring dengan membagikan sabun dan hand sanitizer bagi warga yang masih harus bekerja di luar rumah seperti pengendara ojek dan pedagang pasar. Dana untuk ini berasal dari urun daya donasi anggotanya.
Baca juga: Ini Penjelasan Pakar Virologi Mengenai Virus Corona Varian Lambda
Kegiatan luring dilakukan oleh tim Japelidi dan warga dengan membagikan selebaran, poster dan spanduk di tempat-tempat strategis di banyak daerah, mulai Jakarta, Yogyakarta, Bali, Salatiga, Semarang, Lamongan, Malang, Bandung, Ponorogo, Depok hingga Surabaya.
Juga di Sukabumi, Blora, Grobogan, Bogor, Banjarmasin, Kulonprogo, Gresik, Tegal, Wonogiri, Cilacap, Magelang, NTT, Kutai, NTB, Timika, Kabupaten Semarang, Lombok Timur, Lampung serta Samarinda. Cakupan wilayah ini masih terus bertambah seiring bertambahnya dukungan warga.
"Seperti halnya kampanye politik, kampanye kesehatan juga harus dilakukan melalui darat di banyak tempat. Menurut saya masih banyak ruang yang belum terjangkau, padahal isu pandemi ini sangat mendesak," tambah Dosen LSPR yang juga Koordinator Kampanye Japelidi Lawan Hoaks Covid-19, Lestari Nurhajati.