jatimnow.com - Polisi bergerak cepat. Sejumlah pengisi acara dalam pagelaran seni di Alun-alun Surabaya, kompleks Balai Pemuda, mulai dimintai keterangan.
Wakapolrestabes Surabaya AKBP Hartoyo mengatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan yang terlibat penyelenggaraan itu.
"Kalau soal TR (telegram rahasi kapolda Jatim) saya belum monitor. Kalau yang tampil di Balai Pemuda sudah kita panggil dan diperiksa," kata AKBP Hartoyo kepada jatimnow.com pada Jumat (21/8/2020) malam.
Baca juga: Pemkot Surabaya Terbitkan Surat Perintah Mencoblos di Pilkada Serentak 2024
Sayangnya, wakapolres tidak menyebut siapa saja yang sudah dimintai keterangan.
Sebelumnya, redaksi menerima informasi jika polisi dikabarkan akan memeriksa panitia penyelenggara. Penegakan hukum juga diminta secara tegas.
Instruksi tersebut sesuai dengan surat telegram Kapolda Jatim STR/814 /VIII/PAM.3.3./2020 yang diterbitkan pada Tanggal 21 Agustus 2020 yang ditandatangani Karoops Polda Jatim, Kombes Pol Puji Santoso. Telegram itu ditujukan kepada seluruh Kapolresta di Jawa Timur termasuk Kapolrestabes Surabaya.
Berdasar informasi yang dihimpun, pagelaran seni pada tanggal 19 Agustus itu dibagi menjadi dua panggung.
Panggung Utama Alun-alun diisi dengan Campursari dan Wayang Kulit. Sedangkan Panggung Timur menampilkan Reog, Musik Angklung, Musik KPJ hingga Stand Up Comedy. Acara tersebut digelar sore hingga malam hari.
Namun sejak 21 Agustus, pagelaran yang disebut diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya telah dihentikan Wali Kota Tri Rismaharini menyusul banjirnya kritikan tajam karena dinilai menimbulkan kerumunan di tengah situasi Pandemi Covid -19.
Evaluasi itu disampaikan Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto, Jumat (21/8/2020).
"Kemarin Ibu Wali Kota memerintahkan pagelaran seni sementara dihentikan dulu," katanya saat dikonfirmasi .
Alun-alun Surabaya tersebut difungsikan sebagai wadah bagi para penggiat seni dan budaya di Kota Pahlawan.
Baca juga: Pemkot Surabaya Raih Predikat Badan Publik Informatif KI Jatim Award 2024
Dalam sambutan saat peresmian, Wali Kota Risma mengatakan, sebetulnya bangunan Alun-alun Surabaya baik plaza atas maupun bawah, ditargetkan selesai pada bulan November 2020.
Namun, karena ia ingin agar ini segera bermanfaat, maka bertepatan di Hari Kemerdekaan ini bangunan plaza atas diresmikan.
"Kalau sekarang anak-anak bisa dia pentas di situ, ludruk juga bisa pentas di situ, itu kan sangat bagus. Misalkan ada tamu dia ingin lihat ludruk, ingin lihat wayang orang atau srimulat itu bisa terjadwalkan dengan adanya plaza itu. Terus anak-anak juga bisa berkumpul di situ," kata dia dalam siaran pers yang diterima redaksi.
Pemkot Surabaya akan menggandeng para seniman untuk menampilkan pertunjukkan di kompleks Alun-alun Surabaya itu. Masyarakat yang berkunjung ke Surabaya, dapat menikmati berbagai kesenian rakyat itu secara gratis, seperti ludruk, wayang orang, srimulat hingga tari reog.
"Nanti pemkot yang bayar, senimannya tinggal bermain dan kemudian yang nonton sudah gratis di sini," tuturnya.
Kota Surabaya yang menjadi zona jingga atau oranye hanya bertahan 9 hari. Kini, kota di bawah pimpinan Wali Kota Risma kembali ke zona merah dalam penanganan Covid -19 atau Virus Corona.
Baca juga: Komitmen Berkelanjutan, Pemkot Surabaya Wujudkan Pemerataan Layanan Kesehatan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur menyampaikan Kota Surabaya kembali berstatus zona merah atau berisiko tinggi penularannya.
Sebelumnya kota ini sempat zona jingga atau berisiko sedang selama sembilan hari.
Keramaian di Alun-alun Surabaya itu membuat politisi PKB yang duduk di DPRD Surabaya, Mahfudz geram. Ia menuding Pemkot Surabaya ngawur mengadakan acara yang berpotensi mengundang kerumunan.
"Laia, pemkot ngawur. Di saat kita berusaha menekan angka penularan Covid -19, mereka malah mengundang kerumunan," kata Mahfudz, Jumat (21/8).
Tak kalah pedas. Kritik dilontarkan politisi Partai Golkar Surabaya, Pertiwi Ayu Khrisna. Langkah Wali Kota Risma itu disesalkan. Risma dinilai melanggar aturan yang dibuat sendiri.
"Saya heran sama Wali Kota Risma. Buat aturan untuk ditaati warga, tapi kok dilanggar dewe (sendiri)," ujar Ayu yang juga ketua Komisi A DPRD Surabaya ini.