jatimnow.com - Ekskavasi tahap keempat Situs Pendem di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dilakukan kembali oleh Tim Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur.
Arkeolog BPCB Trowulan Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, ekskavasi ini dilakukan untuk mencari bentuk, keluasan dan fungsi dari struktur bata yang telah nampak dari ekskavasi sebelumnya.
Menurutnya, ekskavasi telah dilakukan dua kali pada Tahun 2019 dan pada 7-16 Februari 2020, bekerjasama dengan Pemdes Pendem, Komunitas Bumi Palapa dan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu melaksanakan ekskavasi arkeolog tahap ketiga di situs tersebut.
Baca juga: Candi Sumur Gantung Mojokerto Konon Dibangun untuk Persembahan Bukti Cinta
Dari ekskavasi yang telah dilakukan selama tiga tahap kemarin berhasil membuka kotak galian seluas 10x8 meter persegi. Luasan galian itu berhasil menampakkan profil pondasi bangunan bata berukuran 7,5x7,5 meter yang tersusun dari 6 lapis bata, dengan dimensi bata penyusun berukuran panjang 35-36 centimeter dan lebar 25-26 centimeter dengan ketebalan 9-10 centimeter.
"Bentuk bangunan memiliki arah orientasi 103 derajat dari arah utara kompas. Pada bagian tengah bangunan ditemukan konsentrasi tumpukan bongkahan batu andesit yang kemudian menyulitkan proses ekskavasi. Namun saat batu tersebut diangkat dari kedalaman 1 meter dari tanah permukaan ditemukan lubang sumuran berbentuk bujur sangkar berukuran 2,1x2,1 meter persegi," jelas Wicaksono, Rabu (11/11/2020).
Saat ini batu andesit pun masih menutup lubang sumuran, sehingga dalam penggalian sumuran dihentikan dalam kedalaman 1,20 meter. Hasil dari ekskavasi keempat ini ditemukan beberapa pecahan tembikar dari beberapa wadah berhias seperti bejana, tempayan, vas dan pecahan mulut botol kaca. Pihaknya menduga jika peninggalan itu berasal dari masa kolonial.
Satu hal yang cukup menarik adalah keberadaan candi di situs Pendem ini tidak terdeteksi dalam catatan masa Hindia-Belanda tentang peninggalan purbakala di wilayah Indonesia.
Bahkan dalam laporan Rapporten Oudhe-inkudig Commisie op Java en Madoera (ROC), pada awal 1900 dan di dalam Oudheidkundg Verslag (OV) pada 1920 hanya memuat keberadaan yoni dan nandi di Pendem, tapi tidak menyebut adanya candi.
Namun dari sumber sejarah lain, yaitu catatan perjalanan seseorang asal Belanda yang bernama JI van Sevenhoven, disebutkan bahwa ia menjelajah malang pada 1812.
"Dalam sumber yang dia menyebut adanya candi setelah melintas dari kebun kopi di Naya yang kini menjadi Dinoyo, dan kemudian melintasi Alu yang mungkin kini menjadi Ngelo. Setelah dari Alu, ia berlanjut ke Kaling yang kini menjadi Sengkaling," paparnya.
Baca juga: Hari ke-11 Ekskavasi Situs Mbah Blawu, Arkeolog Temukan Fragmen Batu Andesit
Namun dalam catatan Sevenhoven tidak menyebutkan nama candi tersebut. Diperkirakan bangunan candi di situs Pendem diduga kuat merupakan bangunan candi yang disebut dalam Prasasti Sangguran yang menurut catatan Verbeek pada Tahun 1836 ditemukan di Ngandat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo.
Letak Ngandat dengan situs Pendem hanya berjarak 1 kilometer, kedua lokasi ini dipisahkan oleh Sungai Brantas. Prasasti Sangguran yang berangka tahun 850 saka atau 928 masehi menyebutkan tentang sebuah candi I Sang Hyang Prasada Kabhaktyan ing sima Kajurugusalyan i Mananjung.
Berdasarkan sumber sejarah dan bukti arkeologis, bangunan candi di situs Pendem masih berdiri hingga tahun 1812. Tapi pada tahun 1900-an bangunan candi ini tidak dapat ditemukan lagi.
Dengan demikian, bangunan candi di lokasi ini sepertinya sengaja di pendam dengan bongkah batu-batu andesit dan tanah di antara Tahun 1812-1900. Temuan koin bertuliskan "Nderland Indie 1825" dan koin bertuliskan "Java 1810" serta pecahan mulut botol yang ditemukan diantara tatanan bata saat ekskavasi memperkuat dugaan itu.
"Sepertinya peristiwa itu pun terekam dalam memori masyarakat dan kini menjadi nama desa, yaitu Desa Pendem," tambahnya.
Baca juga: Peneliti Temukan Tengkorak Kepala Manusia di Situs Mbah Blawu
Sementara Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Sidiq menjelaskan jika pihaknya menganggarkan hampir Rp 200 juta untuk menunjang ekskavasi. Selain itu, Disparta juga merencanakan pembangunan gapura serta fasilitas penunjang lainnya di sekitar candi.
"Anggaran hampir Rp 200 juta untuk peralatan dan ekskavasi, nanti juga ada pelebaran jalan, pembuatan gapura dan fasilitas lain," ungkap Arief.
Kepala Desa Pendem, Tri Wahyuwono Efendi mengaku optimistis jika situs candi di desanya akan menjadi pusat pariwisata desa di masa mendatang. Pendik-sapaan akrabnya mengatakan bila warga sekitar sangat mendukung proses pemugaran dan penataan untuk menjadi kawasan tujuan wisata budaya.
"Warga sangat mendukung sekali untuk hal itu. Tapi pembebasan lahan juga harus segera direalisasikan. Pemkot Batu sudah sejak lama membicarakan tentang pembebasan lahan," tutupnya.