jatimnow.com - Belasan rumah sakit (RS) di Surabaya menutup sementara pelayanan di Instalasai Gawat Darurat (IGD), lantaran penuh akibat lonjakan pasien Covid-19.
Rumah sakit di Surabaya yang menutup IGD untuk sementara tersebut yaitu RS Adi Husada Kapasari, RS Al-Irsyad, RS Gotong Royong, RS Premier, RSI A. Yani, RS Royal, RS PHC, RS National Hospital, RS Wiyung, RS Adi Husada Undaan, RS Husaha Utama, RS William Booth, RKZ dan RSI Jemursari.
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Jatim, dr Dodo Anondo mengatakan, belasan RS tersebut memang menerapkan buka-tutup sementara.
Baca juga: 10 Nomor Telepon Rumah Sakit di Kediri, Catat Lur...
"Memang betul RS-RS itu menutup sementara (IGD). Perlu digarisbawahi, menutup sementara, artinya kami sistemnya buka tutup secara dinamis," ujar Dodo, Senin (5/7/2021).
Dodo mengatakan, saat ini pasien Covid-19 mengalami lonjakan tajam dibanding awal Tahun 2020 dan telah memenuhi beberapa RS di Surabaya. Mayoritas pasien datang secara mandiri, tanpa rujukan dari puskesmas setempat.
"Sekarang pasien di IGD itu berlebihan yang datang, semua ingin ditangani oleh RS. Karena orang-orang sering datang tanpa rujukan puskesmas, karena memang penyakit ini memang cukup cepat penularanya dan cepat infeksinya," tambahnya.
Baca juga: Sempat Tutup, IGD Rumah Sakit RKZ Surabaya Kembali Dibuka
Selain itu, sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19 juga membuat pelayanan mulai tidak kondusif.
"Kami juga memikirkan tenaga kesehatannya. Kita tahu bahwa sekarang ini banyak nakes yang terpapar, juga harus masuk rumah sakit, diopname, kemudian juga ada yang belum sembuh ada juga cukup banyak yang meninggal," terangnya.
"Makanya itu, kami juga sekarang situasi RS ini bertahan, betul-betul bertahan supaya tidak kolaps. Untuk itu kami ngatur, ngatur tenaga, ngatur buka-tutupnya," sambung Dodo.
Baca juga: Beredar Kabar Penumpukan Pasien di IGD RSU Soetomo, Ini Faktanya
Dodo juga berpesan agar masyarakat mau mengomunikasikan keadaanya ke puskesmas terlebih dahulu atau petugas Satgas Covid-19 di lingkungan tempat tinggalnya.
"Masyarakat lapor ke puskesmas, nggak usah malu, nggak usah takut, biar dimonitor oleh puskesmas yang di sekitar rumah si pasien yang isoman. Biar bisa terkontrol kalau ada kesulitan," harapnya.