jatimnow.com - Pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) saat Pandemi Covid-19.
Bank Syariah Indonesia (BSI) telah melakukan strategi khusus di tengah pandemi, agar kinerjanya tetap terjaga.
"PPKM ini kan artinya masyarakat atau nasabah pergerakannya dibatasi. Karena itu, kami memiliki strategi. Pertama, mendorong user (nasabah) untuk aktif di mobile banking. Kita perkenalkan mobil banking ke nasabah," ujar Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Herry Gunadi pada acara Press Conference Kinerja Triwulan II 2021 BSI melalui webinar, Jumat (30/7/2021).
Baca juga: BSI Siapkan Anggaran Rp10 Miliar untuk Beasiswa Mahasiswa Jatim
Jumlah nasabah BSI sekitar 15 juta. Nasabah tersebut sebelumnya nasabah dari Bank Syariah Mandiri, BRIS (BRI Syariah) dan BNI Syariah, yang dimerger ketiga bank tersebut menjadi Bank Syariah Indonesia.
"Sekarang user belum terlalu banyak (aktif di mobile banking). Dari sekitar 15 juta costumer, kita targetkan 3 juta yang aktif," tuturnya.
Gunadi menambahkan, BSI akan menyediakan fitur yang lebih lengkap seperti membuka rekening online dengan menggunakan sistem pengenalan biometrik seperti foto selfie atau pengenalan wajah.
"Pembukaan rekening online dengan sistem biometrik ini untuk menyikapi PPKM, menghindari pergerakan nasabah datang ke kantor cabang," terangnya.
Strategi khusus lainnya yakni, BSI akan melengkapi fitur mobile banking untuk mempermudah belanja online, makan di restoran yang menerapkan barcode dan kemudahan layanan online lainnya.
"Dengan fitur mobile banking yang ada, sudah tidak perlu bawa dompet lagi," tuturnya.
Direktur IT BSI Achmad Syafii menambahkan, kemudahan masuk dan saat transaksi sudah ada di mobile banking.
"Pelayanannya 24 jam x 7," tambah Syafii.
Sementara itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk menorehkan kinerja impresif sepanjang semester I 2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 1,48 Triliun, naik 34,29 persen secara year on year (yoy).
Bank syariah terbesar di Indonesia ini juga mencatat pertumbuhan jumlah user mobile banking yang signifikan, menembus 2,5 juta pengguna.
Pada semester I tahun lalu, BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,1 Triliun. Kenaikan laba pada semester I tahun ini dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas, sehingga biaya dana dapat ditekan.
Kondisi tersebut juga ikut mendorong kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil yang tumbuh sekitar 12,71 persen secara year on year (yoy).
"Pada tahun ini BSI fokus untuk menjaga kualitas pembiayaan dan memanage coverage ratio dengan tetap mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan akselerasi kapasitas digital dan operasional," papar Gunadi.
Baca juga: Diskusi Buku Mega Merger In The Pandemic Era: Referensi Perbankan Syariah
Sedangkan Return on Equity (ROE) dari 11,69 persen per Juni 2020 menjadi 13,84 persen per Juni 2021.
Untuk menjaga pertumbuhan kinerja ke depan, kata Hery Gunadi, BSI akan terus meningkatkan kapabilitas digital. Pasalnya volume transaksi kanal digital BSI tumbuh signifikan sepanjang triwulan kedua 2021.
Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp 95,13 Triliun. Kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI Mobile yang naik 83,56 persen secara YoY.
Jika dirinci, sepanjang Januari-Juni 2021, volume transaksi di BSI Mobile mencapai Rp 41,99 Triliun.
Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 109,82 persen secara YoY. Hal ini didorong oleh jumlah user mobile banking yang menembus 2,5 juta pengguna.
Sedangkan dari sisi bisnis, pada semester I 2021 bank syariah milik Himbara itu telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp161,5 Triliun.
Jumlah tersebut naik sekitar 11,73 persen dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 144,5 Triliun.
Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp 75 Triliun atau setara 46,5 persen dari total pembiayaan.
Baca juga: Pelindo Petikemas dan BSI Sediakan Jasa Perbankan, Pembayaran Kepelabuhanan Jadi Lebih Mudah
Adapun segmen korporasi sebesar Rp 36,7 Triliun atau sekitar 22,8 persen. Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp 36,8 Triliun setara 22,9 persen dan sisanya segmen komersial Rp 10 Triliun atau sekitar 6,2 persen.
Pada paruh pertama tahun ini, BSI pun tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif. Terbukti dengan tren penurunan non performing financing (NPF) gross dari 3,23 persen pada semester I 2020 menjadi 3,11 persen pada enam bulan pertama tahun ini.
Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI juga telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07 persen sampai semester I 2021.
Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BSI sampai semester I 2021 mencapai Rp 216,36 Triliun, naik 16,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 186,49 Triliun.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah melalui layanan jasa keuangan giro dan tabungan yang sebesar 54,81 persen dari total DPK.
Hal itu menurunkan biaya dana atau cost of fund dari 2,78 persen pada semester I 2020 menjadi 2,14 persen pada paruh pertama tahun ini.
Dengan kinerja tersebut BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp 247,3 Triliun hingga Juni 2021. Torehan itu naik sekitar 15,16 persen secara YoY. Pada periode yang sama tahun lalu total aset BSI mencapai Rp 214,7 Triliun.
"Kita harus siap untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas digital chanel kita. Karena pergerakan manusia susah," jelas Gunadi.