Lamongan - Panen padi dengan varietas inpari 42 Agritan GSR berlangsung di Desa Bojoasri, Kalitengah, Kabupaten Lamongan.
Pelaksanaan dihadiri Wakil Bupati Lamongan Abdul Rouf, Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Jatim Hadi Sulistyo, dan Bakorwil Agung Subagyo, Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jatim Lia Istifhama, petani millenial Mahmud dan pihak biotani Agus.
Lia Istifhama menyebutkan petani Bojoasri mengalami penurunan akibat hama kresek.
Baca juga: Tradisi Ngasak di Probolinggo, Berkah Panen Padi saat Harga Beras Mahal
"Petani setempat mengalami kendala dalam bertani akibat penyakit hama kresek. Namun, petani tetap bertahan dan menunjukkan semangat super, yaitu suistanabilitas pertanian. Hal ini seirama dengan spirit Gubernur Khofifah, yaitu Jatim Bangkit Ekonomi Kuat," katanya dalam siaran pers ke redaksi, Kamis (4/11/2021).
Kadistan Hadi menjelaskan bahwa Pemprov Jatim berharap petani di Jawa Timur tetap menjadi lumbung pangan nasional.
"Dengan adanya capaian yang mengukuhkan Jawa Timur sebagai provinsi penyanggah pangan nasional untuk menunjang pembangunan pertanian, maka kita pun berharap petani tetap bertahan di berbagai situasi. Tentunya, dengan berbagai inovasi yang mendukung sektor hilir hasil pertanian," ujarnya.
"Salah satunya dengan yang dipanen saat ini, yang menggunakan varietas unggul padi inpari 42 yang diberikan oleh Pemprov Jatim. Dengan memilih varietas terbaik, diharapkan hasil panen pun menjadi beras yang digemari masyarakat," imbuhnya.
Baca juga: Dampingi Mentan di Tuban, Gubernur Khofifah Ajak Wujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia
Disinggung potensi besar kegagalan panen akibat Bojoasri adalah wilayah terendah Lamongan, Doktoral Untag tersebut juga menjelaskan program asuransi yang merupakan kerjasama antara Pemprov Jatim dengan Jasindo, yaitu asuransi usaha tani padi.
"Asuransi AUTP ini penting diketahui oleh petani karena mengcover kerugian jika terjadi gagal panen. Karena dengan AUTP, petani dapat mengajukan klaim (tuntutan) untuk memperoleh ganti rugi sehingga mampu melakukan atau melanjutkan kegiatan berusahatani karena sudah memiliki modal kerja yang diperolehnya, yakni ganti rugi atas risiko usahatani yang dialaminya," terangnya.
Sedangkan Bakorwil Bojonegoro, Agung Subagyo, menjelaskan potensi perairan dari aliran sungai Bengawan Jero yang diharapkan mendukung sektor pertanian setempat, bukan menjadi potensi banjir yang mengancam terjadinya gagal panen.
Baca juga: Sawah Belum Panen dan Gabah Mahal, Berdampak Harga Beras di Tulungagung Naik
"Potensi air harus dijalankan secara tepat sehingga membantu pengairan persawahan dan bukan sebaliknya, menjadikan petani khawatir gagal panen. Terlebih, petani di sini hanya satu kali masa tanam dalam setahun," terang dia.
Wabup Lamongan memberikan pesan bahwa wilayah produksi padi terbesar se Jatim berada di urutan kelima nasional menjadi motivasi agar petani dan masyarakat tetap bahu membahu menjaga potensi tersebut.
"Ini kabar baik yang menunjukkan Lamongan sudah berhasil membuat bangga negeri dengan capaian tersebut. Namun, kita harus tetap mempertahankan prestasi ini. Terlebih, bagaimana sektor perikanan tetap harus bertahan seperti halnya kita mempertahankan sektor pertanian," katanya.