Surabaya - PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan PT Pertamina Power Indonesia sebagai subholding Power dan NRE (Pertamina NRE) menandatangani nota kesepahaman tentang kerja sama pengelolaan pembangkitan.
Penandatanganan ini dilakukan oleh Direktur Utama PJB Gong Matua Hasibuan dan Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro.
Nota kesepahaman tersebut sebagai wujud berkolaborasi dalam mengelola atau memanfaatkan bersama infrastruktur ketenagalistrikan, termasuk potensi penyediaan energi bersih atau kerja sama lainnya di wilayah kerja sama yang disepakati.
Baca juga: SIG dan PLN Perkuat Sinergi untuk Akselerasi Transisi Energi Menuju Industri Hijau
"Banyak sekali peluang pengembangan EBT di Indonesia. Namun tantangan yang besar dalam memenuhi target Energi dan zero emisi di 2060 menjadikannya tidak mudah. Pertamina NRE siap bersinergi dengan berbagai pihak. Dalam hal ini kami sangat antusias untuk berkolaborasi dengan PJB," kata Dannif Danusaputro dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (7/12/2021).
Hal senada diungkapkan Gong Matua, bahwa ini adalah langkah awal proses menyinergikan antar dua perusahaan.
"Kami ingin menjadi bagian dalam pengembangan dan implementasi energi terbarukan di Indonesia. Kami tidak bisa sendirian. Untuk itu dengan berkolaborasi dengan Pertamina NRE adalah salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya," jelasnya.
Gong Matua mengatakan, peluang yang hadir melalui kerja sama strategis tersebut salah satunya yaitu sinergi pengembangan bisnis pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik terutama yang ada di internal Pertamina seperti kilang.
Peluang lainnya adalah sinergi dalam proyek-proyek penyediaan energi bersih baik di dalam maupun luar negeri seperti pengembangan green hydrogen.
Baca juga: Popsivo Polwan Juara Putaran Pertama PLN Mobile Proliga 2024
Di bidang pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik, kompetensi PJB sudah tidak diragukan lagi. Berpengalaman mengoperasikan lebih dari 20.000 MW dan terbukti berhasil meningkatkan kinerja performa pembangkit FTP-1 (PLTU Tanjung Awar-awar, PLTU Pacitan, PLTU Paiton 9, PLTU Indramayu dan PLTU Rembang) hingga masuk ke dalam Top 10% NERC.
Sedangkan dari potensi penyediaan energi bersih, saat ini Pertamina NRE melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sedang melakukan pilot project pengembangan green hydrogen di wilayah kerja geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kilogram per hari.
"Dalam jangka panjang, ditargetkan produksi green hydrogen dari seluruh wilayah kerja geothermal mencapai 8.600 kilogram per hari. Green hydrogen sendiri adalah hydrogen yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan seperti tenaga surya ataupun tenaga bayu," tandasnya.
Sementara potensi pemanfaatan PLTA yang dimiliki PLN dan afiliasinya mencapai sekitar 2,7 GW yang tersebar di Sumatera sebesar 1,1 GW, Jawa 1,3 GW, dan Sulawesi 0,34 GW.
Baca juga: PLN NP Raih Penghargaan Kementerian Kelautan dan Perikanan Gegara Bisnis Ini
Total kapasitas terpasang tersebut kurang lebih setara dengan 0,2 juta ton per tahun hydrogen. Sedangkan tren permintaan domestik terhadap hydrogen bersih pada tahun 2040 diproyeksikan mencapai 17 juta ton per tahun. Permintaan tersebut datang dari sektor pengolahan minyak, kimia, transportasi maupun pembangkit listrik.
Pertamina dan PLN sama-sama mendukung transisi energi serta penurunan emisi karbon di Indonesia. Pertamina berkomitmen penuh untuk meningkatkan portfolio energi bersihnya hingga 17 persen serta mengintegrasikan aspek environment, social, and governance (ESG) ke dalam praktek bisnisnya.
Sedangkan komitmen PLN terwujud dalam Rencana Umum Pembangkit tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 dengan menggenjot pengembangan pembangkit EBT sebesar 1,1 GW.