Batu - Setiap hari Wahyuda Eldin Octaviano (23) duduk di kursi roda. Kondisi fisiknya memang tidak sempurna karena gangguan cerebral palsy atau lumpuh otak yang dideritanya. Sehingga mengakibatkan kedua kakinya tidak bisa berjalan.
Meski begitu, pemuda yang beralamat di Jalan Imam Sujono No 30, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini mampu meraup puluhan juta rupiah dari bisnis bonsai uang yang ia geluti. Beragam jenis bonsai mulai cemara, sancang, fikus, dan sebagainya.
Pemuda yang biasa disapa Vio seperti orang normal pada umumnya bisa mengobrol lancar. Dirinya berkeinginan pelaku bonsai di Kota Batu memiliki ekosistem usaha yang benar.
Baca juga: Ampyang Pak Ahmad hingga Pameran Bonsai di MPP Sidoarjo
Dia bercerita sebenarnya baru menekuni dunia bonsai pada 2019 lalu. Ketertarikannya pada bonsai atau seni mengkerdilkan pohon ia dapat dari ayahnya bernama Heri Susanto. Heri sendiri merupakan pelaku bonsai cukup lama dan sudah menggelutinya selama 20 tahun.
Selain ikut merawat dan membentuk bonsai-bonsai bahan yang ia punya agar bisa segera dijual, pekerjaan utama Vio yaitu meningkatkan penjualan tanaman bonsai, manajemen, dan sistem keuangan. Karena sejauh ini produktivitas dan pemasaran dari usaha keluarganya masih biasa-biasa saja.
Untuk pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan dunia digital dengan berjualan bonsai di beberapa marketplace.
Sebelumnya cara jual hanya konvensional. Menampilkan produk di rumah dan menunggu pembeli datang hingga menghadiri pameran bonsai di luar daerah. Kini dua cara tersebut digunakan.
"Tetapi saya melihatnya masa depan, mereka yang muda-muda ini menjadi penikmat bonsai, karena kalau tidak diperkenalkan kepada anak muda maka ke depan kita kehilangan pasar," ujarnya.
Hasilnya, dengan pemasaran digital, pada 2019 lalu dalam setiap bulan bisa menghasilkan omzet senilai Rp50 juta. Namun adanya pandemi Covid-19 membuat usahanya mengalami penurunan dengan omzet perbulannya sekitar Rp30 juta.
Namun, Vio tidak menyerah, selain memanfaatkan marketplace, ia juga melalui media sosial Facebook dengan menggelar lelang tanaman bonsai. Harga penjualan setiap satu tanaman mulai laku dari Rp50 ribu hingga tertinggi yakni Rp1 juta.
"Alhamdulillah ada sedikit peningkatan meskipun belum bisa seperti sebelum pandemi Covid," katanya.
Rata-rata ukuran bonsai yang dijual kecil dan sedang atau tanaman berumur kurang dari satu tahun, khusus untuk pemasaran online. Karena tujuannya untuk memperkuat dan memperluas pasar ke anak-anak muda.
Meski begitu, di rumahnya dari ratusan tanaman bonsai, ada juga yang berumur hingga 10 tahun lebih, dengan harga bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Selain itu, pemasaran penjualan bonsai dikembangkannya melalui website. Sehingga sistem digital marketing yang diterapkan dapat memahami potensi pasar. "Jadi paham yang sedang populer bonsai jenis apa, kemudian permintaan pasar itu kedepannya juga seperti apa," katanya.
Dengan begitu dia juga melakukan riset pasar untuk pengembangan usahanya.
Selain itu, dari segi manajemen juga, ia mulai tata. Vio meminta kepada ayahnya untuk dibikinkan badan hukum CV (Commanditaire Venootschap) dengan nama Artha Bonsai Vio sehingga usahanya lebih jelas dan terstruktur.
Dia bercita-cita suatu saat nanti bisa menjadi eksportir bonsai. Selama ini sebenarnya usahanya sudah ekspor ke Belanda, Perancis, Jerman, Malaysia, India tetapi hanya sebagai supplier.
"Karena minimal kirim itu satu kontainer, nah ke depan kami harus sanggup sebagai eksportir mandiri," ujarnya.
Selain itu, Vio juga memperbaiki sistem keuangan usaha bonsai keluarganya itu. Menurutnya selama ini kelemahan para pengusaha bonsai tidak bisa mengatur pemasukan dan pengeluaran dari penghasilan yang ada. Sehingga tidak ada laporan keuangan yang rinci.
Baca juga: Yuk, Menikmati Keindahan Bonsai di MPP Sidoarjo
"Padahal itu penting, jangan sampai semua keuntungan yang diperoleh untuk kebutuhan urusan perut. Tapi harus diputar," katanya.
Laki-laki yang juga sebagai salah satu Duta Petani Milenial Indonesia itu juga memiliki cita-cita untuk meresonansi atau mengenalkan bonsai kepada anak muda di Kota Batu.
Menurutnya penghasil tanaman bonsai di Indonesia hanya ada dua yakni di Batu, Jawa Timur dan Cipanas, Jawa Barat. Sehingga untuk peluang pasar hingga 10 tahun mendatang masih bagus.
"Basic-nya saya ingin memperkenalkan kepada pemuda untuk berwirausaha bonsai secara profesional," katanya.
Salah satu usaha yang dilakukannya dengan menjadi pemateri bimtek (bimbingan teknik) online dengan webinar yang diikuti oleh 500 petani muda. Yakni dengan tema Budidaya Bonsai di Lahan Sempit dengan Harga Selangit yang digelar oleh Kementerian Pertanian.
"Ke depan saya bersama Dinas Pertanian Kota Batu akan berkeliling ke desa/kelurahan untuk memperkenalkan terkait manajemen pemasaran bonsai," katanya.
Bahkan, saat beberapa waktu lalu, Menteri Syahrul Yasin Limpo berkunjung ke Kota Batu, dia sempat berbincang. Vio bercerita bahwa Mentan menanyai dirinya apa yang diinginkan.
Lalu ia menjawab meminta kemudahan regulasi ekspor tanaman hias. Menurutnya selama ini untuk kegiatan ekspor tidak jarang terkendala dengan aturan soal jenis tanaman yang dilindungi. Sehingga tidak bisa dikirim ke luar negeri.
"Jawaban Pak Menteri akan dibina di bawah naungan Dirjen Hortikultura Kementan," katanya.
Baca juga: Wow! ASN Bojonegoro Sanggup Jual Bonsai Mini ke Malaysia, Ini Kisahnya
Dia mencontohkan salah satu bonsai yang tidak bisa dikirim ke luar negeri yakni jenis Cemara Udang yang dianggap tanaman endemik asal Madura. Saat ini upaya yang tengah dilakukan dengan memetakan jenis tanaman bonsai yang diperbolehkan untuk dikirim ke luar negeri dan yang tidak.
Lalu, meski dia tidak berkecimpung merawat bonsai setiap harinya, tetapi Vio berusaha untuk menjelaskan secara umum. Menurutnya bonsai bisa memiliki nilai harga yang fantastis karena dilihat dari proses lama perawatannya yang membutuhkan ketelatenan. Bahkan di rumahnya ada bonsai yang berumur hingga 20 tahun lebih.
"Bentuk bonsai yang sempurna umumnya didapatkan setelah bertahun-tahun," katanya.
Bonsai yang sempurna dinilai dari keseimbangan bentuk, yang artinya ukuran bunga dan batang bonsai seimbang bagaikan tanaman aslinya. Daun-daunnya pun harus rindang dan lebat.
Jenis tanaman bonsai berasal dari bagian tanaman yang dikembangbiakkan dengan metode setek, cangkok atau okulasi. Tanaman yang bisa dijadikan bonsai di antaranya adalah tanaman dikotil dan memiliki usia panjang.
Selain itu, tanaman yang akan dijadikan bonsai juga harus memiliki daya tahan yang baik. Karena dalam cara membuat bonsai akan melibatkan penggunaan kawat, pemotongan batang, minim nutrisi, dan akan berada di wadah atau pot yang sempit dalam waktu lama. Dalam memilih jenis tanaman yang tepat untuk cara membuat bonsai dengan bentuk aslinya harus indah.
Ciri tanaman indah yang ideal dijadikan bonsai, memiliki daun yang rindang, bunga yang cantik, atau jenis batang yang menarik. Selain itu, supaya bonsai tumbuh semakin subur, penting menggunakan pupuk kompos. Karena mengandung unsur hara yang membuat bonsai berkembang sesuai dengan gen tanaman aslinya. Sedangkan pupuk kandang berguna untuk memberikan nutrisi tambahan.
Membuat bonsai menjadi bentuk yang diinginkan memang membutuhkan kesabaran yang ekstra. Hal ini bisa dilakukan mulai membentuknya saat batang bonsai sudah kuat dan tumbuh. Pembentukan bonsai bisa dilakukan dengan membuat kerangka dasar terlebih dulu. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses pengawatan.
Sebelumnya potong terlebih dahulu bagian ranting yang tidak diinginkan. Lalu ikatkan ranting lainnya dengan kawat dan arahkan sesuai keinginan. Konsepnya hampir mirip dengan menggiring tanaman merambat yang menggunakan tiang-tiang.
Pemakaian kawat juga sangat membantu untuk menjaga ukuran batang tetap kerdil. Tahapan cara membuat bonsai ini wajib dilakukan setiap saat karena ukuran bonsai bertumbuh setiap saat.