jatimnow.com - Adalah Umar Hasam (26) pengukir kayu yang tinggal di RT/RW 03, Kelurahan/Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar bisa menghasilkan omset jutaan rupiah dari keterampilannya mengukir Kayu.
Pemuda tamatan SMP ini mampu memahat kayu menjadi sebuah maha karya berkat keuletan dan kegigihannya.
Bila dilihat secara umum mulai detail dan motif ukiran, Hasam, sapaan akrabnya, lihai memukul pahatan sudah sejak lama. Namun ternyata, ia baru menekuni dunia ukir kayu sejak tiga tahun terakhir.
Baca juga: Misteri Penyebab Lubang di Dasar Sungai Kaliasat Blitar Terungkap
"Sekitar tahun 2015 yang lalu. Itu pertama kali saya belajar ngukir kayu," kata Hasam, Sabtu (30/06/2018).
Waktu itu, Hasam mulai mengerjakan ukiran pintu jendela rumahnya. Motif yang pertama kali ia pahat ialah kepala suku India dengan peralatan seadanya.
Ini bukan tanpa halangan. Hasam mengaku orangtuanya sempat khawatir dengan apa yang dikerjakan olehnya. Mereka takut hanya akan menghamburkan uang saja, karena Hasam memahat kayu dengan modal otodidak tanpa ada kursus atau bimbingan.
Seakan tak menyerah, Hasam bersikeras untuk terus berusaha mengukir. Hingga kemudian muncul tawaran dari tetangga dan kerabatnya yang kepincut dengan hasil karyanya. Itulah yang kemudian membawa menjadi pemahat kayu profesional.
Baca juga: BPBD Kabupaten Blitar Selidiki Lubang Misterius di Sungai Kalisat
"Saya nggak pernah belajar dan ternyata bisa. Mungkin bakat alam, jadi ketika saya mahat, hasilnya lumayan. Orang tua sempat melarang karena nggak pernah nyoba jadi wajar. Terus kemudian tetangga, terus pak lek, pak puh minta dibikinkan. Dulu yang sering itu wayang," terang Hasam.
Ia menjelaskan, untuk menghasilkan sebuah maha karya seni ukir yang baik, dibutuhkan ketelatenan, keuletan dan konsentrasi tinggi serta imajinasi yang kuat. Detail kayu sangat penting, sehingga konsentrasi tak boleh terlewatkan.
Bila dalam sekali pahat terjadi kesalahan ukir dan tak bisa diperbaiki, praktis harus ganti kayu. Menurutnya sebelum kayu diukir, ia mengawalinya dengan membuat sketsa diatasnya, lalu kemudian memahatnya. Ini agar kesan 3D bisa muncul sehingga ukiran bisa seperti hidup.
Baca juga: Unisba dan Untag Surabaya Kolaborasi Atasi Masalah Sampah dengan Cara Ini
Dalam sekali memahat, dibutuhkan waktu setidaknya dua minggu hingga tiga bulan. Harga yang dipatok pun bervariasi. Paling mahal 500 juta rupiah pernah ia buat. Tergantung dari tingkat ketelitiannya.
"Lekukannya, kedalamannya, semua harus jelas. Harganya memang disesuaikan dengan motifnya" pungkasnya pemuda yang sering menggarap kayu jati dan akasia tersebut.
Reporter: CF Glorian
Editor: Erwin Yohanes