jatimnow.com - Inovasi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk memberikan fasilitas umum berupa sarana jogging track sepanjang 3 km di daerah Pasar Keputran Selatan hingga ke Jembatan Ujung Galuh Surabaya didukung oleh pembuatan matras jogging track berbahan sandal jepit bekas.
Bertempat di Rumah Kompos PLC DKRTH Surabaya yang terletak di Jalan Keputih Tegal ini para pekerja dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan merangkai potongan sandal jepit menjadi matras.
Sebanyak 8 orang pekerja merangkai potongan sandal jepit dengan berbagai tugas masing-masing mulai dari pengeplongan hingga proses merapikan matras yang sudah jadi.
Sandal jepit yang dibawa dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan berbagai rumah sampah di Surabaya, dibersihkan dan disisihkan alasnya.
Baca juga: Polisi Gerebek Kampung Narkoba di Jalan Kunti Surabaya, 25 Orang Ditangkap
Pengawas Pemanfaatan Sampah Rumah Kompos PLC, Asyari (46) menjelaskan sandal-sandal bekas ini di produksi dengan berbagai tahapan.
"Awalnya sandal dipilah dulu dari tempat pembuangan. Lalu dibawa kesini buat diproses lebih lanjut," terangnya, Jumat (3/8/2018).
Tahapan awal, sandal-sandal berbagai merek dan ukuran ini akan dibentuk menggunakan alat cetak sehingga membentuk persegi panjang berukuran 4x6 cm. Selanjutnya potongan-potongan tersebut akan direkatkan menggunakan lem menjadi dua lapis.
"Nanti setelah dilem kita tunggu kering dulu baru ke proses berikutnya," jelasnya.
Setelah merekat, potongan-potongan sandal ini akan ditata di dalam cetakan kayu berukuran 60 x 100 cm. Penataan ini membutuhkan kreatifitas para pengerajin untuk membentuk pola dan warna yang menarik.
"Salah satu proses yang susah ya penataan ini. Karena harus mikir warna-warnanya gimana supaya gak kontras," ujar Adi (32), salah satu pengerajin matras ini.
Baca juga: Menteri ATR/BPN - PWNU Jatim Teken Kerja Sama Sertifikat Tanah Wakaf
Saat pola matras sudah jadi, berikutnya potongan-potongan sandal akan dijahit sedemikian rupa agar kuat. Pinggiran matras juga dilengkapi dengan sisa produksi sandal jepit yang masih berupa busa utuh.
"Ini kita ambil dari pabriknya langsung. Daripada nanti mereka buang dulu lalu kita bawa kesini, mending kita ambil langsung. Kan sama aja," lanjut Adi.
Setiap pekerja yang melakukan perangkaian memiliki keterampilan sendiri untuk membuat motif matras jogging track ini.
Diiringi gurauan khas Suroboyoan mereka tetap terus bekerja merangkai potongan sandal jepit yang telah dipotong. Hal ini mereka lakukan untuk menghilangkan rasa bosan ketika bekerja.
Seperti yang diungkapkan oleh Adi (32) ia selalu mengajak para pekerja lainnya untuk bercanda, terkadang juga bernyanyi mendegarkan musik dari radio.
Baca juga: Arus Peti Kemas TPS Naik 9,77 Persen Hingga Oktober 2024, Ekspor-Impor Tetap Stabil
"Kaya gini guyonan biar nggak bosen mas waktu bekerja, biar enjoy dan nggak ngantuk ," ungkap Adi saat ditemui di lokasi, Kamis (3/8/2018).
Kerja keras para pengerajin ini untuk mengejar target matras sebanyak 3,000 matras. Sedangkan saat ini, baru ada 148 matras yang sudah terproduksi.
"Kita sebenarnya kekurangan tenaga dan alat jadi sehari cuma bisa bikin 3-4 matras. Kalau ada tambahan tenaga dan alat bisa jadi 5 sehari supaya target lebih cepat tercapai," ujar Asyari.
Reporter: Arry Saputra
Editor: Erwin Yohanes