jatimnow.com - Sebagian orang menganggap bahwa 13 merupakan angka sial. Anggapan ini juga berlaku di sepak bola. Di mana beberapa tim dan pemain enggan menyematkan nomor punggung 13 di kostum mereka.
Cerita yang paling membekas tentang nomor punggung 13 di dunia sepak bola terjadi di ajang Piala Dunia 1962. Saat itu semua pemain Uruguay menolak menggunakan nomor sial itu.
Kejadian itu hampir saja terulang di ajang Piala Dunia 1978. Para pemain Peru menolak memakai nomor punggung 13, hingga akhirnya Juan Caceres dengan terpaksa setuju mengikuti aturan yang ada.
Baca juga: Jelang Lawan PSIS Semarang, Persik Kediri Dihantui Rekor Buruk di Kandang
Sejarahnya, nomor punggung pada kostum negara peserta Piala Dunia sangat terbatas saat itu, yakni sesuai jumlah pemain. Jika mereka memiliki 22 pemain, maka nomor punggung pada kostum paling besar adalah 22. Nomor punggung 13 mau tidak mau harus tetap digunakan.
Berbeda dengan Persik Kediri. Nomor pembawa sial malah cenderung ada kutukan justru ada pada nomor 9. Terlepas benar atau tidak, nyatanya tak banyak striker Persik Kediri yang berani mengenakan nomor punggung ini. Mereka yang nekat, tak begitu bersinar bersama Macan Putih.
Oke, mari kita buktikan. Berdasarkan penelusuran ada beberapa pemain yang mengenakan nomor punggung ini.
Yongki Aribowo pernah mengenakan jersey nomor punggung sial ini. Namun ia kemudian menanggalkannya dan memilih nomor 7. Nah, setelah berganti nomor punggung inilah karirnya bersinar.
Ia disebut-sebut karirnya hancur karena cedera lutut saat menjalani debutnya di turnamen pra musim. Tapi anak Tulungagung itu comeback dan menembus Timnas Indonesia. Meski akhirnya dia gagal membawa Garuda lolos ke babak penyisihan SEA Games 2009.
Ada lagi dua penyerang asing masing-masing Machia Malock dan Ngon Mamoun. Karir keduanya benar-benar tidak bersinar bareng Macan Putih.
Ngon Mamoun bahkan nyaris dibuang pada awal putaran kedua musim kompetisi 2014, akibat penampilannya yang buruk di ajang Indonesian Super League (ISL). Adapun Machia Malock hanya semusim berseragam Persik Kediri.
Baca juga: Tiket Laga Kandang Persik Kediri Kini Dijual di Sejumlah Coffee Shop, Ini Daftarnya
Sempat tampil baik di kesempatan keduanya yang diberikan Musikan, Ngon Mamoun gagal membawa Persik Kediri ke delapan besar. Tim kebanggaan warga Kediri itu harus puas di peringkat ke delapan wilayah barat dengan mengemas 21 poin.
Kutukan terhadap nomor punggung 9 ini bukan isapan jempol. Hal itu berawal dari kisah mantan striker Persik Kediri Johan Prasetyo, yang terpaksa gantung sepatu di usia muda.
Mungkin ini kebetulan, tapi nasib Johan benar-benar sial ketika harus berganti dari nomor punggung 11 ke nomor 9 di musim 2006. Dia meyakini itu.
Dia tiba di Kediri setelah dibajak dari Arema di musim 2003, jebolan Diklat Salatiga itu mengenakan nomor punggung 11. Nomor ini sebenarnya jadi andalan Johan Prasetyo.
Di musim pertamanya berseragam Persik Kediri, pria yang kini menjadi asisten Persik Kediri menemani Divaldo Alves itu sukses mengantarkan Macan Putih juara. Di 2006 Johan mengganti nomor punggungnya, mengikuti jejak sang idola Filippo Inzaghi, legenda AC Milan yang juga mengenakan nomor punggung keramat itu.
Baca juga: Persik Kediri Waspadai Serangan Balik PSM Makassar, Marcelo Siapkan Jurus Jitu
Sial bagi pria kelahiran 7 Juni 1982 tersebut. Di tahun itu dia mengalami cedera lutut yang cukup parah saat Persik Kediri melawan Persmin Minahasa. Meski akhirnya Persik Kediri juara, namun karir Johan sebagai pesepakbola hancur. Dia terpaksa pensiun di usia 25 tahun.
Cerita Johan Prasetyo, kemudian diikuti rentetan nasib sial pemilik nomor punggung 9 lainnya. Hingga kini kutukan seolah masih terngiang. Itu kenapa sejak 2014, nomor itu hampir tak lagi digunakan oleh pemain Persik Kediri.
“Sebenarnya nggak ada yang tahu cerita itu, tapi ada beberapa yang masih kadang ngomong. Itu yang akhirnya tidak ada yang menggunakan nomor 9,” kata Johan Prasetyo.
Kisah ini hampir mirip dengan cerita di AC Milan. Sejak Filippo Inzaghi, banyak pemain mencoba peruntungan dengan memakai nomor punggung 9. Namun mayoritas gagal.
Di antaranya merupakan nama-nama besar, seperti Alexandre Pato, Fernando Torres, Gianluca Lapadula, dan Gonzalo Higuain. Namun, mitos itu terkikis dengan penampilan apik Olivier Giroud dengan nomor punggung 9.