jatimnow.com – Bermimpi pun tidak, AKBP Suryo Sudarmadi menghabiskan waktunya selama 1 tahun 48 hari di Polres Ponorogo.
Bahkan, sebelum resmi menjadi Kapolres Ponorogo, Pria kelahiran Makassar, 10 April 1975 silam ini mempunyai pengalaman pahit dengan kota Reyog.
“Bapak memang pernah bertugas sebagai Danramil Gemarang. Namun saya paling jauh cuma sampai Dolopo. Pun saat menjadi Kapolres Ngawi, saya tidak pernah mampir Mapolres Ponorogo,” kata Kapolres Ponorogo, AKBP Suryo Sudarmadi kepada jatimnow.com, Senin (12/3/2018).
Bahkan, lanjut bapak tiga anak ini, sewaktu menjadi taruna di Akpol, mengaku sering berantem dengan junior maupun senior asli Ponorogo.
AKBP Suryo mengaku, saat Telegram Rahasia (TR) turun menahkodai Polres Ponorogo sempat gamang. Karena rasa traumanya tersebut.
Justru sebaliknya, AKBP Suryo mengaku mendapat pengalaman berharga. Karena menangani bencana longsor yang menerjang Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, 1 April 2017 lalu.
“Beruntung saat bencana longsor, saya berada didekat lokasi. Jadi langsung bisa ke lokasi tidak lebih dari 10 menit,” ujar perwira berpangkat melati dua ini.
AKBP Suryo mengatakan, awalnya bingung, mendapati kenyataan, bahwa puluhan rumah tertimpa longsor. Ditambah puluhan warga tertimbun hidup-hidup.
Baca juga: Debat Terakhir, Polres Ponorogo Tambah 1 Kompi Brimob untuk Pengamanan
Tapi beruntung, pengalaman di Brimob bertahun-tahun menjadi bekal utama bagi suami dari Ratna Purwandari ini.
Ia mengatakan, pengalaman paling menengangkan saat bencana longsor susulan 9 April 2017 lalu. Saat itu ada penemuan mayat yang kemudian diidentifikasi ke RSUD dr Harjono. Posisi dirinya ada di kota.
“Saya langsung ngegas ke lokasi. Semua panik karena ada longsor susulan. Anggota juga di atas. Kapolsek Pulung sempat menitikkan air matanya. Saya pun mengecek lokasi ke titik nol,” ujar lulusan AKPOL 1997 ini.
Beruntung, tambah AKBP Suryo, tidak ada korban jiwa saat longsor susulan. Anggota pun lengkap. Juga dengan beberapa wartawan yang saat meliput penemuan mayat ke lima. Dan pencarian korban ditutup, karena harus mengalah dengan alam daripada bertambah korban.
Ditanya pengalaman lain, AKBP Suryo mengaku bahwa, memaksa sopir pribadinya Brigadir Bhirawa untuk diet.
“Mengajak Bhirawa sepeda terus. Kemanapun lokasinya. Bahkan Ponorogo-Ngawi dijabani. Terakhir ke Gemarang, kampung halaman saya,” urainya.
Lainnya, Ia mengaku bahkan berat badannya naik sampai 10 Kg selama bertugas di Ponorogo.
“Entah karena cocok dengan kuliner atau lainnya,” tambahnya.
Di sisi lain, kepimpinan AKBP Suryo Sudarmadi mulai Januari 2017 silam membawa kesan tersendiri. Karena banyak pengalaman menggemaskan yang didapat oleh anggota Polres Ponorogo.
“Saya sih disuruh ikut sepedaan kemana saja. Alasan beliau saya supaya kurus. Karena mau menikah. Biar ganteng gitu,” kata Brigadir Bhirawa sambil ketawa.
Ada pula, Kapolsek Pulung, AKP Denny Fachrudi, mengatakan, pengalaman menarik dan sekaligus bikin geli yakni saat longsor di Desa Banaran.
“Saat longsor susulan saya panik. Saya menangis dan menyuruh beliau ke lokasi untuk mengecek. Beliaunya juga mau. Mungkin melihat saya menangis,” pungkasnya.
Kini, AKBP Suryo harus berpindah, karena sesuai surat telegram Kapolri ST/665/III/KEP/2018, per tanggal 8 Maret 2018, AKBP Sursyo Sudarmadi dimutasi menjadi Wandansat Gegana Korps Brimbob.
Posisi AKBP Suryo Digantikan AKBP Radiant dari Kasubdit I Ditreskrimnus Polda Jatim.
Baca juga: Polres Ponorogo Gelar Sunatan Massal Peringati Hari Sumpah Pemuda
Reporter: Mita Kusuma
Editor: Arif Ardianto