jatimnow.com – Calon Wakil Gubernur Jawa Timur itu, Emil Elestianto Dardak mengatakan perlu perencanaan dini yang visioner, untuk mewujudkan kota yang mampu mengurai dan mengatasi problem kemacetan.
Hal tersebut diungkapkan Emil yang sehari sebelumnya sempat menumpangi kereta api tujuan Surabaya - Sidoarjo.
"Jangan menunggu padat atau macet dulu baru memikirkan struktur ruang," ujar Emil di Surabaya, Selasa (12/3/2018).
Baca juga: Absen di Hari Jadi Provinsi Jatim, Gus Ipul: Persiapan Lengser
Menurut Emil dalam kapasitas dirinya yang kebetulan sempat mendalami bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, dia sengaja diminta cagub Khofifah Indar Parawansa untuk mempertajam kaitan persoalan mobilitas perkotaan dengan perencanaan wilayah, terutama kota Surabaya.
"Memang surabaya ini harus bisa menjadi lokomotif untuk membangun kawasan megapolitan yang berdaya saing, yang bisa mendorong sektor perdagangan dan jasa," ujar Emil.
Untuk mendapatkan gambaran jelas terkait soal mobilitas angkutan penumpang secara khusus Emil pun memilih kereta komuter.
Baca juga: Gus Ipul Absen di Hari Jadi Jatim, Soekarwo Jamin Tidak Ada Konflik
"Setelah saya mempelajari, banyak orang yang menggunakan kereta umum menuju Jombang, Malang dan beberapa lokasi lainnya daripada komuter. Saya ingin lebih memahami yang komuter terlebih dahulu," terang Emil.
Menurut doktor ekonomi pembangunan lulusan Jepang ini, ada sedikit kendala mengenai kapasitas lambung kereta komuter, yang sebelumnya dari empat gerbong menjadi tiga gerbong.
Kereta ini menggunakan kereta yang sangat lama yang mungkin juga mempengaruhi minat masyarakat sulit beralih dari kendaraan pibadi beralih ke transportasi umum.
Baca juga: Khofifah dan Idul Adha
"Justru teorinya karena Sidoarjo ini sangat dekat dengan Surabaya, akhirnya orang justru menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini harus terus dikurangi, agar terbangun megapolitan yang mengusung mobilitas umum bukannya kendaraan pribadi," imbuh putra mantan wakil menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak tersebut.
Reporter: Fahrizal Tito
Editor: Erwin Yohanes