jatimnow.com - Revitalisasi Alun-Alun Kota Kediri yang kini mandek, berimbas ke para pedagang kaki lima (PKL). Beberapa di antaranya memilih tutup karena sepi pembeli.
Sejak akhir Mei 2023, para PKL di Alun-Alun Kota Kediri pindah ke lapak sementara di belakang Dhoho Plaza. Mereka berjajar rapi di sisi kanan-kiri, ruas jalan selatan alun-alun tersebut.
Sesuai rencana awal, mereka akan menempati tenda-tenda itu hingga revitalisasi ruang terbuka hijau rampung pada awal 2024.
Baca juga: Terima Aduan Pedagang Ampel, DPRD Surabaya Diminta jadi Penyambung Lidah
Namun, kini mereka hanya bisa gigit jari. Per akhir tahun kemarin, Pemerintah Kota Kediri resmi menghentikan pembangunan Alun-Alun Kota Kediri yang progresnya disebut-sebut telah mencapai 80 persen.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri telah melayangkan surat putus kontrak dengan PT Surya Graha Utama - KSO Sidoarjo selaku pelaksana renovasi alun-alun. Saat ini tak ada aktivitas para pekerja, kawasan proyek ditutup melingkar menggunakan seng.
Sebagian besar para pedagang kini memilih tutup. Kain berwarna ungu terlihat lebih mendominasi di sana. Ketimbang aneka makanan yang sering kali menggoda dari balik etalase.
Salah satu PKL yang memilih bertahan adalah Sukarti. Dia tetap mempertahankan warung lalapannya yang berada persis di depan gerbang SDN Kampung Dalem 3-4 itu.
"Di rumah nganggur, jualan tidak laku. Bingung juga sebenarnya. Ya, yang penting telaten saja, Mas,” kata Sukarti, Senin (22/1/2024).
Sukarti masih memilih buka karena dekat dengan tempat tinggalnya. Dia tidak memerlukan biaya transport lebih seperti pedagang yang lain. Setiap pagi dia diantar suami yang bekerja serabutan dan dijemput saat sore.
Bayangkan, seperti Sukarti ini, sehari dia hanya laku 5-10 porsi. Harga jual makanannya standar saja, seperti lalapan rempelo-ati dan air mineral kemasan tambah kerupuk hanya Rp15.000.
Selain dipotong modal jualan, dia masih harus membayar biaya air dan listrik Rp9.500 per hari. Setiap minggu dia juga dikenakan biaya kebersihan Rp5.000. Tentu untungnya tidak seberapa.
"Penurunannya ya banyak, sekarang 10 sudah paling ramai. Dulu bisa nabung," keluh Sukarti. Ini yang membuat para pedagang lain berfikir panjang untuk tetap berjualan.
Perempuan asal Bandar Kidul itu menilai, posisi yang tidak strategis menjadi penyebab sepinya pembeli. Dulu banyak jemaah Masjid Agung yang makan di sentra PKL alun-alun. Berkah juga ia rasakan.
Baca juga: Revitalisasi Alun-alun Kota Kediri, Ini Progresnya
Saat ini, tenda yang berada di belakang Dhoho Plaza itu tidak nampak dari Masjid Agung. Belum lagi tempat yang kurang nyaman dan tidak ada tempat parkir di sana.
"Dulu banyak orang dari jauh mampir ke Masjid Agung dan makan di sini, orang ziarah mampir ke Masjid Agung mampir makan di sini," jelasnya.
Sukarti berharap revitalisasi ini bisa segera dilanjutkan agar jualannya kembali normal. "Ya, ini tidak tahu kapan jadi, katanya 2025, kalau jadi," tandasnya.
Untuk diketahui, revitalisasi Alun-alun Kota Kediri ini merupakan proyek di era kepimimpinan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.
Sejak groundbreaking Juni sampai September 2023 Mas Abu memastikan progres pembangunan RTH ini berjalan sesuai rencana. Bahkan, saat itu Mas Abu sempat yakin proyek ini akan rampung akhir Oktober. Sayangnya, proyek justru mangkrak.
Mas Abu, saat itu menyebut Alun-alun Kota Kediri ini bakal lebih keren. Akan jadi pusat jajanan di mana masyarakat bisa berkumpul di sini dengan area yang luas.
Baca juga: Saran Warganet untuk Revitalisasi Alun-Alun Kota Kediri, Piye Mas Abu?
Masyarakat bisa bermain dan duduk-duduk di rumput. Lalu bisa juga nongkrong di tempat yang sudah disediakan. Ada pula perpustakaan. Serta masyarakat juga bisa membuat acara atau event di alun-alun dua lantai tersebut.
Pemerintah Kota Kediri mempercayakan desain alun-alun baru ini pada arsitektur ternama Andra Matin. Sudah banyak karya luar biasa yang dihasilkan oleh arsitek Indonesia ini. Seperti Blimbingsari Airport Banyuwangi, Masjid Baitus Shobur Lampung, Potato Head Beach Club Bali, hingga GBK Aquatic Center.
Rencananya alun-alun ini akan dikembalikan ke fungsi alun-alun seperti era zaman dahulu sebagai sarana sosialisasi masyarakat. Selain itu, alun-alun ini juga didesain ramah bagi para penyandang disabilitas.