jatimnow.com - Pergerakan rekor Bitcoin (BTC) di atas $69.000 dengan cepat berubah menjadi "pertumpahan darah" pada hari Selasa (5/3/2027) lalu.
Volatilitas BTC sangat tinggi sempat menyentuh angka tertinggi sepanjang masa (All-time High/ATH) di level $69.200 atau sekitar Rp1 miliar, terjadi koreksi tajam di bawah $60.000. Sisi baiknya, Bitcoin mampu bangkit dengan cepat.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan Bitcoin berhasil menguji ulang area harga $59.000-$62.000, di mana baru-baru ini berkonsolidasi selama seminggu sebelum naik ke level tertinggi sepanjang masa.
Baca juga: Trump Kembali jadi Presiden AS, Harga Bitcoin Melonjak ke Rekor Baru
Lonjakan harga Bitcoin ke level rekor memicu sejumlah besar trader dan investor untuk memanfaatkan keuntungan.
"Bitcoin tidak turun secara alami. Mengingat hampir semua orang menantikan ATH baru Bitcoin, jadi setelah itu tercapai mereka ambil sikap untuk mendapat untung. Ada kemungkinan besar aksi ambil untung masih terus terjadi. Investor harus cermati pergerakan BTC yang meningkat menjelang halving," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (7/3/2024).
Fyqieh menjelaskan meskipun situasi perdagangan saat ini tampak cukup bullish karena harga telah pulih secara signifikan, perspektif yang lebih luas masih berada dalam ancaman bearish.
Baca juga: Bitcoin Potensi Cetak Rekor Baru di Tengah Sentimen Positif Pasar
Perlu dicatat, meskipun ada upaya bullish yang besar, harga BTC tidak mampu melonjak di atas "resistensi utama" yaitu di level $69.000.
"Tetapi pemulihan cepat BTC ke $67.000 dalam satu hari menjadi berbeda dan mungkin menandakan pergerakan yang lebih tinggi. Penurunan tersebut terjadi dengan sangat cepat dan agresif, dan $60.000 terbukti menjadi level support yang baik. Potensi adanya penembusan lebih tinggi dalam jangka pendek bisa terjadi, karena tren naik segera berlanjut," jelasnya.
Faktor utama kebangkitan Bitcoin adalah kuatnya arus masuk dana ETF BTC spot yang terdaftar di AS selama penurunan sebesar $648 juta. Hal ini menunjukkan bahwa investor institusi yang tergabung di ETF tidak terpengaruh oleh penurunan tersebut dan melakukan aksi beli Bitcoin di harga rendah tersebut.
"Penembusan cepat bitcoin kembali ke atas level $62.000 menandai dimulainya tren naik baru yang menargetkan tingkat harga $76.000 atau Rp 1,1 miliar. Terlepas dari ini, Bitcoin masih diyakini telah melakukan pergerakan parabola hingga mencapai $100.000 (Rp1,5 miliar) atau lebih dalam siklus saat ini," ungkap Fyqieh.
Baca juga: Bitcoin Diprediksi Sulit Tembus US$ 66.000, Ini Alasannya
Dengan peningkatan nilai yang stabil dan penerimaan yang terus menerus oleh institusi dan masyarakat umum, kemungkinan besar peristiwa “halving” yang akan datang, dapat mendorong harganya ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Peningkatan permintaan untuk Bitcoin mungkin diakibatkan oleh penggunaannya sebagai penyimpan nilai dan lindung nilai inflasi.
Sementara itu menengok ke belakang, dua peristiwa halving sebelumnya yang terjadi pada tahun 2012 dan 2016 didahului oleh lonjakan harga yang signifikan yang membuat Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa.