jatimnow.com - Selama tiga hari terakhir hujan mengguyur merata di Kabupaten Ponorogo, termasuk di Dusun Dungus, Desa Karangpatihan, Kecamatan Pulung, yang mengalami krisis air bersih.
Hujan ini membawa angin segar bagi warga yang selama ini kesulitan mendapatkan air bersih. Warga memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan mandi hingga konsumsi sehari-hari.
Ahmad Rokim, salah satu warga, mengatakan bahwa meskipun hujan tidak terlalu deras, air yang terkumpul cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: 10 Kecamatan di Banyuwangi Berpotensi Kekeringan, BPBD Lakukan Langkah Ini
“Tiga hari hujan memang tidak deras, tapi lumayan bisa dapat pasokan air,” ujarnya, Jumat (13/9/2024).
Di rumahnya, Ahmad memasang talang di atas sumur untuk mengarahkan air hujan langsung masuk ke dalam sumur. Sebuah kain dipasang di ujung talang untuk menyaring air sebelum masuk sumur atu wadah yang lainnya.
Air hujan tersebut dimanfaatkan keluarga Ahmad untuk mandi, mencuci, hingga konsumsi sehari-hari.
Baca juga: Polres Jember Kirim Bantuan Air Bersih ke Wilayah Terdampak Kekeringan
Dia mengaku terpaksa menggunakan air hujan meski ada risiko kesehatan.
"Kalau ditanya tidak takut sakit? Ya, bagaimana lagi. Krisis air sudah parah. Dari pada ambil air dari sungai yang jaraknya lebih dari 1 Km," katanya.
Krisis air bersih di Dusun Dungus mulai terjadi sejak awal Agustus, membuat sebagian warga harus membeli air. Bantuan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga mulai datang, meskipun belum mencukupi
Baca juga: BPBD Ponorogo Salurkan 277 Ribu Liter Air Bersih Atasi Dampak Kekeringan
Nur Farida, warga lain, menambahkan bahwa bantuan air dari BPBD hanya bertahan satu hingga dua hari.
“Bantuannya datang seminggu dua kali, jadi tidak cukup. Air hujan menjadi alternatif lain bagi kami," jelasnya.
Untuk diketahui, sebanyak 290 kepala keluarga di Dusun Dungus, Desa Karangpatihan, saat ini mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau.