jatimnow.com - Bayangan indah Hera dan Astuti di masa pensiun hampir sirna. Asa sempat membumbung tinggi di tahun pertama, usaha fesyen yang digeluti dua sahabat ini nyaris ambruk akibat pandemi di awal tahun 2020. Beruntung, Pertamina menyelamatkannya.
Deretan baju berbahan lurik dengan kombinasi batik Nusantara terpajang rapi di sudut rumah pagar putih, di Ketintang Permai Blok AE 6 Surabaya. Ruang tamu itu disulap menjadi gerai sederhana untuk memajang karya-karya mereka.
Outer panjang perpaduan lurik Jawa Tengah dan batik khas Madura, di gantungan nomor enam dari sisi sebelah cermin terlihat sangat cantik. Ide kreatif pensiunan BUMN itu, sukses memadukan dua unsur etnik, yang sebenarnya terlihat sangat kontras.
Baca juga: Pelaku UMKM dan Koperasi di Lamongan Deklarasi Dukungan Yes - Dirham
Sementara di kursi, dua tumpuk pakaian, baru saja diantar oleh penjahit. Nomor dua dari atas, terlihat kombinasi lurik dan wastra dari Badui yang tak kalah memesona. Aksen mirip ujung syal, yang menjuntai ke luar tumpukan membuat karya mereka berdua itu terlihat lebih mewah.
“Batik Surabaya juga ada. Ini yang kuning dari Tulungagung. Kalau ini Lasem,” kata Hera, membuka obrolan sore itu, seraya menunjukkan koleksi-koleksinya, Rabu 30 Oktober 2024.
Ya, di gerai ini Hera dan Astuti menjahit mimpi di masa tuanya. Berasal dari latar belakang berbeda, mereka punya tekad untuk berbisnis dari hobi yang sama, yakni fesyen. Awal 2018, terbentuk lah Rati Collection, yang merupakan akronim dari nama keduanya.
Selain mengisi kegiatan pasca pensiun di tahun 2017, dia juga ingin bermanfaat untuk banyak orang. Tidak berlebihan.
“Awalnya kan 2018, saya berfikir saya harus membuat aktivitas, mengisi kegiatan (di masa pensiun). Yang tentunya kegiatan itu bermanfaat untuk semua. Kemudian saya berfikir, jadi memang ini hobi saya dulu. Tapi, terus apa ya, kalau batik sudah banyak, terus saya mencari yang belum banyak akhirnya saya ambil tenun lurik. Saya pilih yang dari Jawa Tengah,” terangnya.
Tahun pertama, tanpa disadari dia mampu menarik perhatian Dinas Perdagangan Surabaya. Karyanya akan dibawa ke pameran besar sekelas Inacraft di Jakarta. Boom! karya Hera dan Astuti, dua sahabat kuliah ini laris manis di sana.
“Untuk kami pemula waktu itu luar biasa,” kenangnya. Tapi, dia tahu, saat itu Rati masih jauh dari sempurna.
Pulang dari Inacraft tekadnya semakin memuncak. Kegiatan mengisi waktu luang berubah menjadi ambisi yang positif. Lalu, mereka berjuang melengkapi persyaratan sebagai UMKM yang ingin terus tumbuh.
“Ini jadi UKM harusnya bisa,” batin Hera saat itu. Sejurus kemudian, mereka resmi menjadi mitra binaan Pertamina.
Kerja sama yang mereka ajukan akhir 2019 itu disetujui pada awal Maret 2020 setelah melewati proses yang lumrah. Pertamina datang di waktu yang tepat, saat Covid-19 mulai menyerang. Rati, nyaris terpuruk. Namun, mereka terus dikuatkan untuk menghadapi badai tersebut, di dalam kepompong Pertamina.
Selain permodalan dan bantuan bahan kain yang mendukungnya untuk tetap berproduksi, pembinaan digital marketing, membuat Rati bangkit. Pelan-pelan mereka bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang lebih indah dengan karya-karya yang juga baru.
Di saat banyak usaha yang gulung tikar, omzetnya hanya turun 30 persen. Penjualan lewat online tetap mengalir. Pelatihan selama 6 bulan itu benar-benar bermanfaat. Potensi media sosial dan kiat-kiat pemasaran produk melalui marketplace dikupas habis dalam pelatihan itu.
“Pembinaan, khususnya digital marketing oleh Pertamina itu menyelematkan sekali,” jelasnya.
Pembinaan yang Komprehensif
Hera mengakui, pembinaan oleh Pertamina dilakukan secara lengkap dan menyeluruh. Tidak berhenti pada permodalan, pembinaan hingga pasar diberikan oleh BUMN yang bergerak di bidang energi tersebut.
“Pembinaan juga bukan yang 1-2 hari, saya mengikuti pembinaan 6 bulan, itu 2 kali,” jelas Hera.
Pasar juga dibuka seluas-luasnya oleh Pertamina melalui berbagai event pameran. Menurut Hera, pameran yang dilakukan oleh Pertamina, selalu keren.
“Bagus banget, dari Pertamina banyak eventnya. Kita juga pernah diajak Pertamina ke Inacraftnya Pertamina. Pertamina itu ikut membantu promosi juga,” terang Hera.
“Jadi, tidak sekadar mendukung pendanaan,” tambah perempuan yang kini berusia 64 tahun tersebut, sambil kembali menunjukkan koleksinya. Kali ini, lurik kombinasi batik Tuban terlihat sangat elegan.
Pertamina juga memfasilitasi mitra binaan mereka untuk mematenkan merk sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Ini untuk memberikan perlindungan hukum terhadap karya mitra binaan. Termasuk, Rati.
Baca juga: Disuguhi Ikan Asap, Cabup Jember Diminta Perhatikan Pelaku UMKM
Proses Kreatif Rati
Rati kemudian terus berproses. Ini tahun kelimanya bersama Pertamina. Dia tumbuh dan berkembang cukup baik.
Yang mulanya hanya pakaian model kantor, pembinaan membuka wawasannya untuk lebih pandai membaca pasar.
“Saat itu saya bikin model-model daily. Orang nggak kemana-mana, kerja zoom. Tapi kan tetap harus dandan. Saya bikin lah baju-baju santai,” jelas Hera.
Inovasinya berhasil. Model-model tersebut yang kemudian dilirik pasar. Anak-anak muda juga tidak malu mengenakan lurik dan batik yang lekat dengan kesan jadul.
Ya, karya Hera dan Astuti memang terlihat fresh dan elegan. Tidak ada kesan tua, rasanya generasi milenial atau Gen Z, masih cocok, ‘kok. Harganya juga worth it, mulai Rp350.000-1.300.000.
“Ini yang sulit, bagaimana saya harus memadu padankan lurik dan batik agar pas. Di beberapa kalangan mungkin kesannya masih mahal ya, tapi itu yang membuat baju-baju ini memiliki value. Juga, ini eksklusif ya,” terang Hera. Memang, Rati tidak memproduksi karyanya secara massal, satu desain untuk satu baju.
Idenya bisa didapat dari mana saja. Sering kali, datang dari obrolan-obrolan bersama perajin batik yang mereka temui. Bisa juga, gambaran itu muncul tiba-tiba saat malam hari.
“Kadang, setelah seharian beraktivitas, malam tiba-tiba muncul dari apa yang saya lihat sepanjang hari itu. Saya langsung gambar. Kadang saya langsung jelaskan ke penjahit saya. Mereka sudah paham,” kelakarnya.
Efek Domino Usaha Rati
Baca juga: Cagub Jatim Khofifah Kunjungi Sentra UMKM Sidoarjo, Tekankan Konektivitas
Kini, tak sekadar bahagia di masa pensiunnya, sesuai niat awalnya, Rati berhasil memberikan dampak positif ke orang lain. Dia mampu membuka lapangan pekerjaan seiring omzetnya yang terus naik. Puluhan potong terjual setiap bulannya.
Dia memiliki 4-5 penjahit yang memproduksi pakaian dari rumah masing-masing, ada pegawai yang menetap di gerainya, juga sejumlah digital marketing dan sales yang bekerja dengan sistem freelance. Mereka berjaga di spot-spot penjualan Rati di luar, seperti Royal Plaza, juga event-event yang terus ada.
Perajin lurik di Jawa Tengah pun ikut merasakan manfaatnya, karena pesanan Rati yang begitu banyak. Termasuk, membangkitkan ekonomi pembatik-pembatik, khususnya di Jawa Timur.
“Saya sering berkeliling ke perajin-perajin batik langsung. Ngobrol, lalu beli batiknya untuk nanti dipadupadankan dengan lurik-lurik yang sekarang sudah bervariasi warnanya,” aku Hera.
Di Jawa Timur, Hera sering berbelanja batik dari Tulungagung, Madura, Tuban, dan Surabaya. Dia langsung datang ke para perajin.
“Ini yang saya lagi pengin ngumpulin enam batik Surabaya yang (motifnya) sudah dipatenkan,” ujar Hera. Enam motif batik itu, yakni Kintir-kintiran, Sparkling, Gembili Wonokromo, Abhi Boyo, Kembang Bungur, dan Batik Remo Surabayan.
Tak berhenti di situ, Rati juga akan memproduksi tas dan topi. Niat baik Pertamina mempertemukan ribuan mitra binaannya turut membuka peluang Rati untuk berkolaborasi.
Ya, sejauh ini ada 8.621 mitra binaan Pertamina Jatimbalinus, meliputi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Mereka dibina secara komprehensif untuk meningkatkan kualitas produk dan daya saing UMKM, sehingga dapat berkembang.
“Pertamina memberikan dukungan yang komprehensif kepada mitra binaan melalui pelatihan, akses permodalan, dan bantuan pemasaran. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan daya saing UMKM, sehingga mereka dapat berkembang dan berkontribusi lebih baik terhadap perekonomian lokal serta meningkatkan kesejahteraan UMKM itu sendiri,” kata Area Manager Communication Relation & CSR Jatimbalinus Ahad Rahedi, Kamis 31 Oktober 2024.
Tak berhenti di sini, komitmen jangka panjang Pertamina untuk membantu UMKM akan terus digelorakan. Mereka menargetkan peningkatan jumlah mitra binaan setiap tahunnya. Agar lebih banyak UMKM yang dapat merasakan manfaat dari program ini.
“Untuk ke depannya, kami menargetkan terus menambah mitra binaan, agar lebih banyak UMKM yang dapat merasakan manfaat dari program ini dan berkontribusi pada pengembangan ekonomi di wilayahnya,” tandasnya.