jatimnow.com – Suasana ramai sesak, dan persaingan ketat di dalam Pasar Tanjungsari Surabaya membuat Mahmud, pedagang buah asal Kota Malang, mengambil keputusan berbeda. Ia memilih membuka lapak di pinggir jalan kawasan Tanjungsari, Surabaya.
"Kalau di dalam pasar kayak perang, tempatnya penuh, rebutan pembeli. Di sini lebih tenang,” ujarnya saat ditemui Minggu (10/8/2025) di sela-sela menata tumpukan melon di lapaknya.
Mahmud bukan orang baru di dunia jual beli buah. Sejak tahun 2006, ia sudah berjualan di berbagai lokasi, mulai dari Pasar 36, Osowilangun, Puspa Agro, hingga Jalan Semarang. Kini, ia bertahan di area gudang Jalan Tanjungsari yang ramai dilalui kendaraan.
Baca juga: Dinas Perdagangan: Izin Pasar Tanjungsari Surabaya Tidak Sesuai
Setiap hari, ia menjual melon kiriman dari Porong dan Lamongan. Kadang juga pepaya, tapi saat ini bukan musimnya. Soal harga, Mahmud mengakui buah-buahan sedang mahal.
"Sekarang hampir semua buah naik. Cuma jeruk yang murah, soalnya lagi panen raya,” katanya.
Beda dengan di dalam pasar lapak yang Mahmud tempati bisa disewa dengan dua sistem: kontrak atau ngerit.
Baca juga: Menggali Izin Operasional Pasar Tanjungsari Surabaya
“Kalau ngontrak mahal. Kalau ngerit, cuma bayar pas barang datang,” jelasnya.
Tempat yang berada di kawasan Pasar Tanjungsari Surabaya ini dikelola langsung oleh pemilik gudang, bukan oleh pengelola pasar.
Menurutnya, meski lebih tenang dari dalam pasar, berdagang di pinggir jalan juga punya risiko. Tidak ada penjaga, tidak ada petugas keamanan.
“Kemarin saya sempat kehilangan HP gara-gara ketiduran. Jadi harus selalu waspada,” ucap Mahmud.
Baca juga: Video: Melihat Dari Dekat Transformasi Kawasan Pasar Tanjungsari Surabaya
Soal kebersihan, iurannya dihitung per keranjang. Beda dengan di dalam pasar yang biasanya ditarik bulanan.
Sudah hampir dua dekade Mahmud berjualan buah. Meski lokasinya berpindah-pindah, semangatnya tetap sama.
“Namanya rezeki, yang penting usaha. Kadang ramai, kadang sepi. Saya jalanin aja,” tutupnya.